Jika dulu kuliah di Pulau Jawa, saya lebih sering melihat kepusingan harga naik menjelang Lebaran Idul Fitri justru di Bali kepusingan terjadi menjelang Hari Raya Galungan.Â
Saya iseng bertanya, apa aja bu yang naik menjelang Lebaran?Â
Wuaduh, hampir semua pak. Jawab seorang teman kerja yang duduk di samping saya
Harga buah mayoritas naik sekitar 10-30 persen. Buah memang menjadi kebutuhan selama Galungan. Saat upacara di Hari Raya Galungan, masyarakat Bali akan membawa Pajegan atau Gebogan yaitu semacam hanturan buah-buahan, jajan, kue dan bunga yang dihias menjulang tinggi di atas alas bernama Dulang.Â
Dulu semasa masih tinggal dengan nenek, beberapa buah yang selalu menjadi penghias Pajegan seperti anggur, mangga, apel, jeruk, pear, salak, manggis, jambu dan sebagainya. Pernah saya melihat hiasan pajegan diisi buah durian. Mungkin karena di tempat tinggalnya sedang musim durian sehingga ikut jadi penghias.Â
Bayangkan hias buah yang beragam pasti membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Contoh Jeruk Mandarin yang biasanya 40 ribu per kilo bisa naik menjadi 45 ribu per kilo, mangga yang biasanya 30 ribu per kilo bisa menjadi 40 ribu per kilo, salak dari 15-20 ribu per kilo bisa 30-35 ribu per kilo.Â
Seandainya pajegan dihiasi minimal 3 jenis buah-buahan pasti kenaikan harga akan terasa lebih menguras kantong. Padahal Galungan identik dengan buah-buahan apalagi anak-anak suka memesan buah khusus yang disukai seperti anggur, apel, mangga dan sebagainya.Â
Harga Sembako pun diceritakan ikut naik. Seperti bawang, cabai, telor dan beras. Kenaikan bisa berkisah 10-35 persen dari harga awal. Daging ayam dan babi juga ikut naik menjelang Galungan.Â
Kok bisa sih harga naik saat Galungan?Â
Sebagai masyarakat Non-Hindu saya pun menanyakan hal ini. Apakah ada kondisi atau hal khusus yang membuat kenaikan harga menjelang Galungan.Â