Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Tutupnya Mal Pusat Retail Gadget di Bali di Tengah Kemajuan Teknologi

27 Mei 2023   22:20 Diperbarui: 29 Mei 2023   16:37 1772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akibat banyak tenant yang memilih tutup atau tidak lanjut kontrak membuat mal gadget dan elektronik harus melakukan banyak efisiensi. 

Saya pernah berkunjung ke salah satu ITC dan harus mengeluarkan tenaga ekstra. Mencari barang di lantai 3 dengan eskalator dan lift mati. Otomatis harus menggunakan eskalator layaknya naik tangga.

Belum lagi fasilitas penunjang seperti toilet yang tidak terawat, bau pesing dan sampah kotor. Ini karena manajemen mal tidak memiliki budget lebih karena minimnya pemasukan. 

Jangan heran banyak pengunjung kapok datang ke mal pusat gadget dan elektronik karena merasa tidak nyaman, capek dan tidak sesuai ekspektasi. Perlahan pengunjung menjadi sepi dan penjual mulai kehilangan omzet. 

#4. Persaingan Kian Ketat

Hal menarik ketika pengunjung kalah jumlah dengan penjual membuat persaingan kian ketat. Bayangkan 1 pengunjung yang baru masuk mal bisa dihampiri 3-5 sales menawarkan produk. 

Ketika kita mengunjungi sebuah toko/tenant, sales tenant lain berusaha mengoda untuk kita pindah ke tenantnya. Bisa dibilang ada kelebihan tersendiri di mana perang harga dan layanan bisa menguntungkan pembeli. 

Saya pernah memasuki 3 tenant laptop di mal. Masing-masing memberikan harga berbeda untuk 1 tipe laptop sama. Akhirnya setelah survei, saya mendapatkan penjual yang saya anggap harganya paling murah. 

Bayangkan harga yang saya dapatkan bisa selisih 300 ribuan. Ternyata banyak tenant yang sebenarnya tidak memiliki barang. Ketika ada pengunjung dan menanyakan sebuah tipe produk. 

Sales akan meminta pengunjung menunggu dan ia meminjam barang dari toko lain. Wajar jika harga akan dinaikan agar si sales atau penjual mendapatkan untung tinggi. 

Tidak hanya itu jika kita mau teliti kadang harga yang ditawarkan di e-commerce jauh lebih murah dibandingkan di tenant. Ini yang membuat sales harus berusaha keras meyakinkan konsumen yang sempat membandingkan harga produk di e-commerce. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun