Di tanah air pun ada novel yang terbilang penjualannya bagus seperti Bumi Manusia, Ayat-Ayat Cinta, Bumi, Lelaki Harimau, Koala Komal, Tetralogi Pulau Buru dan sebagainya. Tidak heran novel yang best seller kerap dilirik rumah produksi untuk dibuatkan versi film.Â
Ini yang membuat penulis dan penerbit antusias untuk menghasilkan karya. Kini banyaknya pembajakan karya, beredarnya situs online hingga permasalahan Hak Cipta dan royalti membuat penulis dan penerbit mulai ogah berkarya.Â
Padahal hadirnya karya mereka bisa menarik pembaca untuk datang dan membeli novel atau karya buku lainnya. Alhasil semakin dikit buku yang dianggap menarik, masyarakat kian enggan datang ke toko buku. Sepi pengunjung maka membuat omzet menjadi berkurang.Â
# Operasional Toko Buku Sangat Besar
Investasi usaha bisnis buku sangatlah besar mulai menyewa gedung atau ruangan yang harus disewa dalam jangka waktu panjang, penggajian karyawan, pembelian sistem operasional, perawatan toko, biaya listrik, pembuatan rak hingga investasi untuk buku.Â
Ketika omzet tidak mampu menutupi biaya operasional maka wajar pemilik usaha lebih baik menutup usaha lebih cepat daripada merugi setiap bulannya. Apalagi saat ini hadirnya e-commerce dan pemasaran digital yang lebih efisien serta mampu menjangkau pelanggan lebih banyak menjadi daya tarik tersendiri.Â
Sudah bisa ditebak seandainya saya pemilik usaha toko buku dengan melihatnya pasar melesu maka lebih baik mengalihkan toko buku konvensional ke toko digital. Tidak perlu membuka banyak cabang namun bisa menjangkau pelanggan hingga ke pelosok.Â
***
Tumbangnya bisnis toko buku di tanah air sebenarnya sudah diprediksi oleh para ahli bisnis. Ini melihat perubahan tren masyarakat yang semula menjadikan buku sebagai referensi utama kini beralih ke jurnal atau sumber digital.Â
Selain itu hadirnya e-commerce dan toko digital membuat biaya operasional bisa lebih hemat bahkan mampu menarik pembeli hingga ke pelosok.Â