Kedua, Banyaknya Fasilitas Pendukung
Jika di Kuta banyak dijumpai rental sepeda motor justru di Ubud banyak tersedia rental sepeda kayuh. Justru konsumen mereka adalah wisatawan yang suka mengeksplore ubud namun dengan aktivitas yang sehat.Â
Mengayuh sepeda melintasi sawah, menyapa petani atau warga lokal di sekitar Ubud dan jika terasa lelah bisa beristirahat di warung lokal menjadi sesuatu yang menyenangkan.Â
Turis merasa mobilitas dengan sepeda kayuh selain sehat juga ramah lingkungan. Tidak ada polusi yang dihasilkan dengan sepeda, berbeda dengan motor. Cukup berbeda dengan masyarakat lokal termasuk saya dimana untuk belanja di warung terdekat saja lebih suka pakai motor. Lebih praktis dan cepat meskipun tidak sehat dan berkontribusi menghasilkan polusi udara dari gas pembuangan.Â
Ketiga, Ubud Memberikan Rasa Tenang
Awalnya saya sempat penasaran kenapa banyak tempat retreat di Ubud bahkan berada di daerah-daerah terpencil. Ternyata banyak wisatawan yang suka mencari ketenangan.Â
Ubud jadi pilihan karena di sini nyaris tidak ada kegiatan yang membisikan telinga seperti acara musik di beach club atau Pub di Canggu atau Seminyak. Berada di Ubud, kita bisa mendengar suara jangkrik, tokek ataupun kodok di sawah saat malam hari.Â
Di negara asal mereka tidak akan bisa mendengarkan hal ini karena mereka tinggal di apartemen atau perumahan yang modern. Suara hewan seperti jangkrik, tokek atau kodok sudah dipastikan susah untuk didapat.Â
Wisata retret menawarkan sisi ketenangan spiritual dan psikis. Berlatih Yoga di pagi hari, meditasi, minum minuman herbal, makanan sehat menjadi rutinitas yang ditawarkan kepada pengunjung.Â
Ini jadi pilihan karena turis asing sudah bosan dengan gaya hidup tidak sehat seperti makan junk food, alkohol atau beraktivitas tanpa mengenal waktu. Jika saya jadi mereka pun sepertinya perlu sesekali hidup dalam suasana tenang baik secara fisik dan bathin.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!