Mengapa Bos Baik Adalah Rezeki Tersendiri?Â
Pengalaman 1 :
Pengalaman ini diceritakan oleh rekan yang bekerja di team sales distributor. Dirinya bercerita bahwa pernah bekerja di perusahaan besar bergerak sebagai produsen makanan dan minuman yang produknya mudah ditemukan di sekitar kita.Â
Ia bekerja sekitar 4 tahun dengan gaji dan fasilitas baik. Namun ternyata ia memilih untuk resign. Padahal banyak orang bermimpi bekerja di perusahaan itu. Ia bercerita karena lingkungan kerja yang membuatnya tidak nyaman.Â
Bayangkan setiap hari harus meeting sales dan jika ada sales tidak memberikan progres bagus maka akan langsung terkena caci maki. Bahkan dari supervisor hingga level top manajemen tidak segan melempar barang, mengeluarkan kata umpatan kasar atau bahkan memberikan sanksi tidak masuk akal pada bawahannya.Â
Cara kerja ini sedikit banyak mempengaruhi sikapnya ketika dipercaya sebagai leader sales. Ia pun bersikap sama yaitu kasar dan mudah tempramen. Seiring waktu ia merasa tidak nyaman, kebetulan atasan di divisinya juga resign. Ia ditawarkan untuk bergabung dengan atasan di perusahaan baru.Â
Tanpa pikir panjang ia pun mengiyakan karena selama kerja di perusahaan lama. Hanya atasan ini yang bersikap bijak, tidak suka mengeluarkan kata kasar dan memberi semangat pada bawahan. Meskipun perusahaan ini tidak memberikan fasilitas dan gaji lebih besar tapi ia nyaman karena bekerja dengan atasan yang baik dan menghormati kinerja bawahannya.Â
Pengalaman 2 :
Pengalaman ini diceritakan oleh adik saya. Bekerja di perusahaan retail yang ternama dengan kantor pusat di Jakarta. Ia senang punya atasan yang baik, tidak bawel dan sangat profesional.Â
Adik saya cerita jika ternyata divisinya dievaluasi oleh manajemen, maka atasannya selalu memback-up dan meyakinkan bahwa divisi tempat adik saya bekerja sangat dibutuhkan. Usaha ini karena khawatir jika divisi ini dibubarkan dan nasib team akan dipertaruhkan.Â