#1. Hadiah Barang Dianggap Lebih Tepat Sasaran
Selidik punya selidik ternyata alasan pemilihan barang yang dibelikan dari dana iuran yang terkumpul bukan tanpa alasan. Ternyata seorang koordinator sebelumnya telah berkomunikasi dengan rekan kerja yang menikah.Â
Mengingat ini sebuah tradisi maka pemberian hadiah berupa barang bukanlah sebuah kejutan baru. Biasanya yang akan menikah atau melahirkan akan menginformasikan apa saja kebutuhan yang ingin dimiliki.Â
Contohnya pada kasus awal, rekan kerja saya ini berencana langsung tinggal mengontrak sendiri setelah menikah nanti. Tentu saja kebutuhan rumah tangga akan banyak dibutuhkan. Koordinator akan mencatat apa saja barang yang ingin di dapat namun tetap disesuaikan dengan dana yang terkumpul.Â
Alhasil melalui iuran tersebut bisa memenuhi 2 barang yang diinginkan si mempelai yaitu kulkas dan kompor gas. Artinya barang ini lebih berpotensi digunakan langsung oleh si mempelai saat tinggal di rumah kontrakan.Â
Bandingkan dengan memberi uang. Senior di kantor kerap cerita pengalaman dirinya saat menikah dulu. Uang pemberian tamu ternyata tidak sepenuhnya dapat mereka gunakan.Â
Kadang uang justru digunakan oleh mertua atau orang tua untuk membayar biaya resepsi pernikahan. Tentu saja kadang tidak ada transparansi berapa hadiah uang yang di dapat dari tamu.Â
Wajarlah ada pengantin yang berusaha ikhlas karena uang dari tamu dikelola oleh orang lain. Padahal bisa jadi dalam hati mereka tetap ada harapan uang dari tamu undangan bisa juga mereka simpan untuk keluarga kecil yang baru dibangun.Â
#2. Antisipasi Adanya Catat Kado Personal
Ada kebiasaan di sebagian kalangan dimana ketika mengadakan resepsi pernikahan mencatat semua pemberian tamu. Ini pernah saya rasakan sendiri ketika menghadiri undangan pernikahan rekan bisnis kantor.