Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Yuk Ubah Mindset Menang Dipuji, Kalah Dicaci Maki pada Dunia Olahraga

10 Januari 2023   18:53 Diperbarui: 10 Januari 2023   22:45 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi Kekecawaan Pemain Dan Pelatih Timnas Indonesia | Sumber Situs Harapan Online

Indonesia sudah dipastikan gagal melaju babak Final AFF 2022. Kegagalan ini karena Indonesia harus ikhlas kalah dari Vietnam dengan skor 2-0 di leg kedua semifinal Piala AFF 2022.

Saya pun ada rasa sedih dan kecewa. Harapan Indonesia mencetak sejarah sebagai juara AFF kini pupus sudah. Namun yang membuat saya lebih sedih adalah begitu banyak komentar negatif justru dari masyarakat kita terhadap timnas Indonesia. Salah satu sasaran komentar tertuju pada Shin Tae-yong, pelatih Timnas asal Korea Selatan. 

Beberapa komentar yang sempat saya baca ada yang mengatakan Shin Tae Yong tidak becus dalam melatih Timnas, ada yang berharap si pelatih di depak dari Timnas atau menuliskan komentar yang bikin hati miris. 

Padahal dulu saat Timnas Indonesia berhasil lolos AFF 2022, berbagai tabur puji diarahkan pada si pelatih. Pecinta bola tanah air menganggap Shin Tae Yong menjadi harapan akan kebangkitan sepak bola Indonesia di kancah internasional. 

Ini tidak terlepas dari prestasi Shin Tae Yong yang tergolong banyak seperti Indonesia tampil sebagai runner-up Piala AFF 2020, Timnas Indonesia U23 meraih medali perunggu pada Sea Games 2021 serta membawa Timnas Korea Selatan menjuarai EAFF Championship. 

"Menang Dipuji, Kalah Dicaci" Beginilah realita yang kerap terjadi di sekitar kita. Nyatanya pada kasus kekalahan Indonesia di AFF 2022 serta bertebaran komen negatif semakin menguatkan fenomena ini. 

Inilah mengapa saya merasa dan ingin mengajak pembaca buat mengubah stigma kurang baik ini. Mengapa? 

1. Mental Pecundang

Mohon maaf jika istilah ini saya gunakan. Tapi nyatanya ini cukup mewakili karena hanya pecundang yang sibuk menyalahkan orang lain tanpa mau mengevaluasi diri.

Kita tahu bahwa bukan pekerjaan mudah membentuk tim atau atlet agar bisa menunjukan performa baik bahkan bisa lolos dalam ajang bergengsi.

Contoh saat Piala Dunia 2022 kemarin dimana beberapa team favorit seperti Brasil, Portugal atau Inggris kalah. Begitu banyak komentar negatif dan menjatuhkan muncul di berbagai sosial media. 

Mirisnya komentar ini muncul dari orang yang selama hidupnya mungkin belum pernah bertanding sepak bola atau negaranya bahkan tidak lolos sebagai negara peserta. 

Tandanya menertawakan kegagalan orang lain lebih mudah dibandingkan menertawakan kegagalan diri sendiri. Mental seperti inikah yang mau dipertahankan? Kalau tidak, kini saatnya kita mengevaluasi diri sendiri. 

2. Merusak Mental Si Atlet

Kalah itu menyakitkan tidak hanya bagi penggemar namun juga bagi si atlet. Saya saja pernah merasakan kekalahan dalam sebuah pertandingan merasakan kekecewaan dalam jangka waktu lama. 

Kecewa karena tidak bisa menciptakan prestasi, kecewa karena latihan dan tenaga terasa sia-sia ataupun sedih melihat orang yang mendukung kita merasakan kekecewaan yang sama. 

Mental si atlet bisa hancur ketika mengalami kekalahan. Janganlah kondisi ini diperparah oleh komentar negatif yang semakin memperburuk mental si atlet. 

Kasus seorang atlet di Malaysia bisa jadi pembelajaran. Atlet muda yang berusia 19 tahun ditemukan tewas bunuh diri. Diduga motif bunuh diri karena dirinya depresi karena mengalami kekalahan dalam pertandingan (Sumber Berita Klik Disini). 

Kasus seperti ini banyak yang terjadi namun hanya sedikit yang ter-blow up media. Ironis ketika si atlet tengah terpuruk dan mungkin kecewa pada diri sendiri justru ada pihak yang sengaja semakin menjatuhkan dirinya. 

Ingatlah tidak semua orang memiliki mental kuat. Bisa jadi ketika si atlet mengalami depresi, dirinya kerap melakukan hal-hal yang diluar batas atau membahayakan diri sendiri atau orang sekitarnya. 

Jangan sampai kita justru jadi pihak yang menyebabkan si atlet melakukan tindakan diluar dugaan. Penyesalan kerap terjadi di belakang sehingga lebih baik jangan menambah beban bagi si atlet. 

3. Evaluasi Kontribusi Kita

Hal lucu ketika melihat orang lain mengeluarkan hal negatif, mengolok-olok atau bahkan bertindak kurang pantas kepada atlet yang mengalami kegagalan. 

Ketika ditanya apa kontribusinya kepada samg atlet, jawabnya "Tidak Ada".

Bagaimana respon pembaca seandainya menjadi si atlet. Dirinya sudah berjuang sebaik mungkin namun ada pihak yang terkesan menjatuhkan ketika kita kalah padahal dia tidak berkontribusi apapun dalam usaha kita. 

Saya ingat kata seorang teman, hal paling mudah dan tanpa mengeluarkan modal adalah melalui komentar. Melalui komentar kita bisa sesuka hati mengeluarkan apa yang ada di pikiran. Meskipun terkadang komentar kita tidak disaring sehingga bisa membuat orang lain terluka akibat komentar kita. 

Sebaiknya jika kita memang hanya penonton tanpa ada kontribusi langsung kepada si atlet. Alangkah bijak jika kita lebih banyak memberikan apresiasi daripada hujatan meskipun si atlet gagal memberikan prestasi. 

4. Pahami Aturan Menang-Kalah

Saya yakin mayoritas dari pembaca pasti paham aturan menang kalah dalam sebuah pertandingan. Tidak mungkin semua peserta menjadi juara pasti hanya segelintir saja yang dianggap memberikan performa lebih baik. 

Perjuangan Timnas Indonesia | Sumber Kepri Antaranews
Perjuangan Timnas Indonesia | Sumber Kepri Antaranews

Tidak usah jauh-jauh saat di sekolah pun kita terbiasa dengan istilah pemeringkatan atau juara kelas. Disitulah kita menyadari bahwa akan ada yang unggul dan ada yang harus berlapang dada. 

Ketika kita paham aturan ini maka kita bisa lebih bijak dalam bersikap. Kekalahan Indonesia saat ini menandakan bahwa Timnas Indonesia belum beruntung dan harus perlu dievaluasi lagi. Bahkan bisa jadi kegagalan saat ini justru adalah proses kemenangan yang tertunda. 

***

Beragam komentar yang muncul sebagai dampak kekalahan Indonesia melawan Vietnam pada Piala AFF 2022 justru menyadarkan ku tentang arti dukungan sejati. 

Sebagai pendukung sejati akan menjadikan kita sosok yang selalu memberikan support kepada atlet dalam posisi menang ataupun kalah. Ironis masih ada diantara kita yang mengelukan atlet yang berhasil membuat prestasi namun berubah 180 derajat ketika dirinya kalah. 

Padahal kekalahan ini justru berdampak besar pada mental si atlet atau orang di sekitarnya. Janganlah kita berkontribusi dalam menghancurkan semangat dan mental si atlet atau pelatih hanya karena kegagalan. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun