Contoh sederhana love bombing yaitu ketika komunikasi dilakukan secara intens bahkan hampir setiap jam. Awalnya mungkin terasa menyenangkan karena komunikasi dianggap baik, pasangan perhatian dan segala sesuatu menjadi terbuka.Â
Seiring waktu aktivitas ini mulai terasa membosankan atau bahkan salah satu pihak mulai tertekan dengan intensnya komunikasi ini.Â
Kondisi ini pernah terjadi oleh rekan kerja sama. Nyaris tiap jam pacarnya menelpon bahkan di jam kerja pun si pacar selalu menghubungi teman saya. Ternyata teman saya jenuh karena aktivitas kerja ataupun aktivitas terganggu akibat telepon dari pacarnya.Â
Sudah bisa ditebak, akibat hal ini teman saya akhirnya memutuskan hubungan dengan si kekasih. Ia merasa sang pacar terlalu posesif di mana selalu marah dan berpikir negatif jika telepon tidak dianggap. Teman saya pun merasa tidak nyaman saat bekerja namun terganggu dengan panggilan telepon setiap jam dari si pacar.Â
Apa sih hal yang patut diantisipasi oleh generasi Z terkait love bombing?
Rentang Menciptakan Pikiran NegatifÂ
Kondisi percintaan teman saya di atas bisa jadi juga banyak menimpa generasi Z saat ini. Hal utama dalam menjalin hubungan adalah menjaga kepercayaan dan berusaha saling percaya.Â
"Duh, teleponku gak diangkat. Dia lagi ngapain sih? Jangan-jangan dia lagi sama yang lain"
"Dia sekarang udah gak mau lama-lama kalo di telpon. Apa dia udah bosan ya ma aku"
Pikiran seperti inilah yang kerap muncul ketika sebuah rutinitas yang selama ini berjalan normal namun tiba-tiba berubah secara tiba-tiba. Ketika terjadi anomali dalam sebuah hubungan, pikiran negatif ini bisa merusak hubungan.Â