Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Love Bombing pada Generasi Z di Mana Cinta Seperti Bom Waktu

29 Desember 2022   19:03 Diperbarui: 30 Desember 2022   00:30 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toxic relationship (Unsplash/ Kelly Sikkema)

Cinta itu buta di mana sang pecinta bisa terlena dan menghayutkan.

Ini adalah istilah yang kerap saya berikan kepada seseorang yang sedang jatuh cinta. Kadang ada aja tingkah laku unik jika seseorang tengah jatuh cinta. 

Saya ingat ada postingan seorang pria yang rela membonceng boneka super besar bahkan ukuran melebihi dirinya sendiri hanya untuk kekasih. Ada yang rela melakukan apapun agar si pacar bahagia.

Ada yang setiap waktu berkomunikasi dengan pujaan hati. Mungkin agar menghilangkan rasa rindu atau bahkan memantau aktivitas si pacar agar tidak main serong di belakang. 

Generasi Z atau mereka yang lahir diantara tahun 1997-2012 kini mungkin tengah merasakan rasa jatuh cinta. Ada yang malu-malu kucing jika bertemu dengan gebetan, ada yang tengah menjalani LDR atau bahkan kini sudah mempersiapkan mau dibawa kemana hubungan dengan sang kekasih. 

Nyatanya ada aktivitas yang terlihat normal bagi mereka yang tengah jatuh cinta namun seiring waktu justru membawa petaka tersendiri. 

Love bombing adalah salah satu fenomena yang kerap menimpa hubungan cinta Generasi Z. 

Mengutip dari salah satu portal berita, love bombing diartikan sebagai taktik atau strategi manipulatif oleh seseorang kepada pasangannya. Di sini pelaku love bombing berusaha agar bisa mendapatkan kasih sayang serta perhatian dari pujaan hatinya

Seorang Wanita Mendapatkan Hadiah Dari Kekasih | Sumber: Situs Klik.com
Seorang Wanita Mendapatkan Hadiah Dari Kekasih | Sumber: Situs Klik.com

Hal ini menciptakan fenomena aktivitas pacaran dimana hubungan awal terasa indah, membahagiakan dan romantis namun ketika dilakukan secara berlebihan dapat berubah menjadi hal yang tidak terbayangkan (cenderung ke arah negatif) (Sumber Klik Disini). 

Contoh sederhana love bombing yaitu ketika komunikasi dilakukan secara intens bahkan hampir setiap jam. Awalnya mungkin terasa menyenangkan karena komunikasi dianggap baik, pasangan perhatian dan segala sesuatu menjadi terbuka. 

Seiring waktu aktivitas ini mulai terasa membosankan atau bahkan salah satu pihak mulai tertekan dengan intensnya komunikasi ini. 

Kondisi ini pernah terjadi oleh rekan kerja sama. Nyaris tiap jam pacarnya menelpon bahkan di jam kerja pun si pacar selalu menghubungi teman saya. Ternyata teman saya jenuh karena aktivitas kerja ataupun aktivitas terganggu akibat telepon dari pacarnya. 

Sudah bisa ditebak, akibat hal ini teman saya akhirnya memutuskan hubungan dengan si kekasih. Ia merasa sang pacar terlalu posesif di mana selalu marah dan berpikir negatif jika telepon tidak dianggap. Teman saya pun merasa tidak nyaman saat bekerja namun terganggu dengan panggilan telepon setiap jam dari si pacar. 

Apa sih hal yang patut diantisipasi oleh generasi Z terkait love bombing?

Rentang Menciptakan Pikiran Negatif 

Seorang Wanita Mengecek Gawai Pasangan | Sumber Situs Parapuan
Seorang Wanita Mengecek Gawai Pasangan | Sumber Situs Parapuan

Kondisi percintaan teman saya di atas bisa jadi juga banyak menimpa generasi Z saat ini. Hal utama dalam menjalin hubungan adalah menjaga kepercayaan dan berusaha saling percaya. 

"Duh, teleponku gak diangkat. Dia lagi ngapain sih? Jangan-jangan dia lagi sama yang lain"

"Dia sekarang udah gak mau lama-lama kalo di telpon. Apa dia udah bosan ya ma aku"

Pikiran seperti inilah yang kerap muncul ketika sebuah rutinitas yang selama ini berjalan normal namun tiba-tiba berubah secara tiba-tiba. Ketika terjadi anomali dalam sebuah hubungan, pikiran negatif ini bisa merusak hubungan. 

Kasus putusnya hubungan teman kerja saya bisa jadi karena hal ini. Munculnya negative thinking dari pacarnya hanya karena tidak mengangkat telepon membuat dirinya merasa tertekan. 

Tidak hanya kerap jadi akibat  negative thinking ini, seseorang bersikap layaknya detektif yang berusaha membuktikan rasa kecurigaan. Mematai Sosmed pasangan, mengecek gawai atau pesan yang masuk, mengintai aktivitas pasangan dan sebagainya. 

Menjadi Sosok Bucin

Seorang Pria Yang Berusaha Memberikan Banyak Hadiah Kepada Pasangan | Sumber Lifestyle Kompas
Seorang Pria Yang Berusaha Memberikan Banyak Hadiah Kepada Pasangan | Sumber Lifestyle Kompas

Mencintai itu sewajarnya, begitulah seseorang pernah berkata padaku. Sejatinya ucapan ini ada benarnya karena mencintai terlalu berlebihan justru terkesan Bucin alias budak cinta. 

Bahaya ketika terlalu bucin segala sesuatu rela dilakukan agar pasangan bahagia, mau tetap bersama kita atau mengiyakan segala keinginan pasangan. 

Seorang teman saya dikenal terlalu bucin dengan pasangan. Menurut kami para temannya, tingkat bucin nya sudah masuk level parah. 

Pasangannya berharap setiap waktu selalu dihabiskan bersama. Bahkan jika bisa dari mulai bangun tidur hingga malam hendak tidur, waktu dikhususkan untuk sang pacar. Parahnya pacarnya marah jika teman saya ini berinteraksi dengan teman main dan juga melarang berkomunikasi dengan lawan jenis selain pacarnya. 

Tidak hanya itu teman wanita di instagram pun harus di blok oleh si pacar. Khawatir terjalin komunikasi intens yang berujung perselingkuhan. Teman saya yang bucin pun tidak menolak dan mengikuti permintaan si pacar. 

Padahal pertemanan dengan teman-temannya jauh lebih lama dibandingkan hubungan dengan si pacar yang baru seumur jagung. Sudah bisa ditebak, ada dinding pemisah saat ini antara dirinya dengan teman sepermainan yang dulu akrab. Alhasil terlalu Bucin menyebabkan dirinya mulai kehilangan teman akrab. 

Depresi Jika Putus

Sudah mati-matian mencintai pasangan, melakukan apapun demi pasangan bahagia bahkan rela kehilangan sahabat dan orang terdekat agar bisa selalu dengan si dia eh ternyata berakhir putus. 

Rasa sakitnya bisa sampai ke ulu hati. Tidak jarang generasi Z yang terlalu love bombing saat masih berstatus pacaran rentan mengalami depresi saat putus. 

Ini karena sudah banyak pengorbanan yang dilakukan, terlalu tinggi harapan akan hubungan yang tengah di jalani dan ketidaksiapan akan hubungan putus menjadi alasan kuat terjadinya depresi. 

Lucunya banyak postingan video beredar di mana ada anak muda yang uring-uringan, mudah marah, suka menangis atau nyaris gila karena kandasnya hubungan cinta. 

Tidak sedikit yang merasa menyesal terlalu love bombing di mana realita tidak semanis ekspetasi. 

***

Banyak generasi Z saat ini yang tengah di mabuk asmara. Segala aktivitas dilakukan bersama pasangan dan membuat dunia seolah milik berdua. 

Tanpa disadari banyak sikap pacaran justru menciptakan love bombing. Ibarat bom waktu, cinta yang berlebihan bisa menjadi perusak dalam hubungan itu sendiri. 

Sebelum terjadi, yuk lebih bijak dan mawas diri agar tidak terjebak dalam love bombing. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun