Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

10 Tahun Lagi Angkot Akan Langka di Bali

12 Juli 2022   14:44 Diperbarui: 12 Juli 2022   14:48 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkot Yang Tengah Menanti Penumpang Di Terminal | Sumber Backpacker Indonesia

Beberapa hari ini saya baru sadar selama keliling Denpasar. Saya nyaris tidak menemukan Angkutan Kota (Angkot) sepanjang jalan yang saya lalui. Padahal saat 10 tahun lalu, saya masih menemukan Angkot meski rute terbatas. Seingat saya rute Terminal Mengwi-Terminal Ubung atau Terminal Ubung-Rumah Sakit Sanglah. 

Saya mencoba mengingat kembali kenangan menggunakan Angkot di Denpasar. Saat itu jauh dekat hanya perlu membayar Rp. 2.000/orang. Bahkan jika pelajar dengan menggunakan seragam sekolah cukup membayar Rp. 1.000/orang.

Saya bandingkan saat dulu kuliah di Malang. Jumlah angkot di Malang jauh lebih banyak dibandingkan di Denpasar. Bahkan ada rute yang masuk jalan perkampungan sehingga tidak susah jika ingin bepergian. 

Ketika ada teman yang hendak wisata ke Bali. Sering ada pertanyaan, adakah Angkot di Bali? Pertanyaan ini muncul karena ada keinginan untuk menggunakan transportasi umum selama bepergian di Bali. Saya biasanya menjawab ada namun dengan rute terbatas. 

Namun sepertinya 10 tahun kedepan, Angkot akan menjadi langka di Bali. Ada beberapa alasan mengapa saya menuliskan hal ini antara lain :

1. Penggunaan Motor Tergolong Tinggi

Jika sobat Kompasiana berkunjung ke Bali, jangan kaget jika setiap rumah nyaris akan ada motor. Tidak hanya itu banyak keluarga yang memiliki lebih dari 1 motor. Umumnya motor yang dipakai orang tua dan anak. 

Motor Yang Disewakan Di Bali | Sumber Situs Sewa Motor Bali
Motor Yang Disewakan Di Bali | Sumber Situs Sewa Motor Bali

Bagi masyarakat Bali, menggunakan motor terkesan lebih praktis dan mampu menjangkau tempat dengan akses terbatas. 

Menurut data dinas perhubungan Bali, jumlah kendaraan motor di Bali mencapai 4,1 juta unit sedangkan jumlah penduduk Baki berkisar 4,2 juta jiwa. Artinya nyaris mendekati 1:1 (Sumber Klik Disini). 

Di Bali, motor selain digunakan untuk kepentingan pribadi juga bisa disewakan kepada wisatawan yang membutuhkan kendaraan. 

2. Fasilitas Transportasi Bus Rapid Transit (BRT) 

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali saat ini mulai mengembangkan moda transportasi Bus Rapid Transit (BRT) yang diberinama Bus Metro Dewata. 

Bus ini mirip dengan Transjakarta di Jakarya dimana terdapat bus sebagai transportasi massal dengan trayek khusus dan berhenti di berbagai titik lokasi.

Bus Metro Dewata Yang Tengah Menaikan Penumpang | Sumber Detik.com
Bus Metro Dewata Yang Tengah Menaikan Penumpang | Sumber Detik.com

Saat ini sudah ada beberapa rute Metto Dewata yang dapat digunakan oleh masyarakat hingga wisatawan seperti rute Terminal Pesiapan (Tabanan) -Central Park Kuta; Dalung-Pantai Matahari Terbit Sanur, GOR-Bandara; Terminal Ubung-Monkey Forest Ubud; dan lain sebagainya. 

Hal yang mengasyikan saat ini masyarakat masih dibebaskan biaya untuk naik Bus Metro Dewata selagi memiliki kartu elektronik. Bayangkan jika dulu dari terminal Pesiapan (Tabanan) ke Central Park Kuta harus berpindah angkot atau jika naik ojek online bisa menghabiskan 50 ribu rupiah kini gratis dengan Metro Dewata. 

Fasilitas yang disediakan oleh Bus Metro Dewata pun tergolong baik dimana AC diberi pendingin, kondisi bersih, dan ada pemberitahuan terkait lokasi yang dilewati/berhenti.

Jika ditawarkan naik Bus Metro Dewata atau naik transportasi online atau angkot. Saya akan memilih Metro Dewata dan sepertinya ini juga yang dipikirkan masyarakat disini. 

Alhasil kondisi ini membuat jumlah angkot menurun drastis dan bahkan sudah banyak Angkot yang dijual atau dialihkan ke transportasi pribadi. 

3. Persaingan Dengan Transportasi Online

Kehadiran transportasi online juga menjadi ancaman bagi pengusaha Angkot di Bali. Kondisi ini juga dirasakan di semua daerah yang sudah terjangkau transportasi online. 

Jika naik Angkot, kita harus menunggu di terminal, halte atau lokasi yang dilalui Angkot. Tidak hanya itu kadang kita harus berjalan kaki dulu ke titik tersebut. Ini semakin memberatkan jika kondisi membawa banyak barang, cuaca panas/hujan.

Memesan transportasi online lebih praktis, hanya tinggal memanfaatkan aplikasi yang tersedia, menentukan titik jemput dan antar. Kita hanya perlu duduk manis karena akan dijemput dan diantarkan ke titik lokasi. 

Kita tidak perlu berpanas ria menunggu Angkot yang kehadirannya belum pasti. Transportasi online tentu lebih memudahkan dan nyaman bagi kita.

Jumlah pengemudi transportasi online bahkan jauh menggungguli jumlah Angkot di Bali saat ini. Kemajuan teknologi yang sedikit banyak mempengaruhi transportasi konvensional seperti Angkot. 

4. Biaya Pengeluaran Tidak Sebanding Dengan Pendapatan

Sungguh miris ketika melihat ada Angkot yang melintas namun kondisi sepi atau bahkan kosong penumpang. Padahal biaya operasional tetap berjalan tanpa memandang jumlah penumpang. 

Kondisi Angkot Yang Sepi Penumpang | Sumber Detik.com
Kondisi Angkot Yang Sepi Penumpang | Sumber Detik.com

Sopir tetap harus mengeluarkan biaya bahan bakar, makan dan kopi, rokok sopir hingga perawatan armada. Jika armada dimiliki orang lain maka sopir harus putar otak untuk memberikan setoran atau uang sewa.

Pengeluaran yang lebih besar ini membuat pengelola Angkot memilih mundur secara perlahan. Apalagi kian hari jumlah penumpang sepi. Justru jika dipaksakan tetap beroperasional dengan sepi penumpang, sopir akan merasakan kerugian lebih besar. 

5. Generasi Muda Enggan Menjadi Sopir Angkot

Tidak dipungkiri generasi muda di Bali memiliki latar belakang cukup baik. Mayoritas adalah lulusan SMA/K sederajat. Artinya cukup untuk melamar pekerjaan di sektor swasta. 

Disisi lain generasi muda di Bali lebih menyukai bekerja di sektor pariwisata dan swasta. Selain akan mendapatkan penghasilan pasti tiap bulan, jaringan dan pengalaman akan lebih meningkat dibandingkan bertahan sebagai sopir Angkot.

***

Angkot sempat menjadi moda transportasi favorit di Bali. Setidaknya saat di tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Namun seiring dengan peningkatan permintaan kendaraan motor, tersedianya Bus Rapid Transit hingga transportasi online membuat keberadaan angkot di Bali kian terancam. 

Dampak yang mulai terasa, penumpangAngkot mulai turun drastis, penyempitan rute Angkot hingga banyak pengelola Angkot yang beralih ke bisnis lainnya. 

Jika ini dibiarkan, ada keyakinan 10 tahun ke depan angkot di Bali akan langka dan susah ditemukan. Bisa jadi saya yang saat ini menetap di Bali hanya memiliki kenangan saja terhadap transportasi ini. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun