Sayang sumber penghasilan ini hancur akibat maraknya aksi pembajakan karya. Banyak karya mereka yang dijual dalam versi bajakan atau download gratis di beberapa situs website.Â
Contoh sederhana: jika dulu harga kaset asli berkisar harga 25 ribu dan CD asli di harga 50 ribu. Kini penggemar bisa membeli versi bajakan di harga 5-10 ribu rupiah.Â
Kondisi ini tentu akan menguntungkan dari si penjual kaset/CD bajakan namun tidak memberikan pemasukan bagi rumah produksi, pencipta lagu dan grup band tersebut.Â
Ironisnya kini lagu terbaru sudah tersedia di berbagai situs website dan kita bisa unduh nyaris tanpa ada biaya. Tentu dari sisi penggemar akan diuntungkan karena bisa mendengar lagu favorit tanpa banyak biaya namun disisi lain ada grup band yang gigit jari karena gagal mendapatkan royalti tambahan.Â
3. Kehadiran Remake Lagu
Di sosial media khususnya Youtube sudah banyak bermunculan sosok yang menciptakan konten remake lagu populer. Kualitas suara mereka bahkan bisa mengimbangi atau bahkan lebih merdu dari vokalis band aslinya.Â
Saya sering melihat beberapa sosok remake lagu yang karyanya bisa ditonton jutaan bahkan puluhan juta viewers. Ada yang kini bahkan memiliki penggemar tersendiri karena aktivitas remake lagu tersebut.Â
Dampaknya, persaingan di industri kian ketat. Jika dulu grup band bersaing dengan grup band lain atau penyanyi solo kini harus bersaing ketat dengan sosok remaker.Â
Sudah bisa ditebak, kini banyak pihak lebih suka mengundang sosok remaker karena dari sisi biaya untuk mengundang murah, bisa membawakan banyak lagu serta memiliki penggemar tersendiri.Â
4. Berkurangnya Acara Musik
Saya ingat jaman masih SMA hingga kuliah banyak sekali ada acara musik sebagai wadah para grup band menunjukan eksistensi diri seperti Pesta Indosiar, Gebyar BCA, MTV, 100% Ampuh, Inbox SCTV, Klik, Dahsyat atau Breakout.Â