Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Ini Alasan Kesenian Bali Bisa Terjaga hingga Lintas Generasi

10 Juli 2022   15:55 Diperbarui: 11 Juli 2022   00:24 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Anak Yang Tengah Memahat Kayu | Sumber Kompas/Kristianto Purnomo

Kenapa ya banyak orang Bali memiliki jiwa seni? 

Pernahkah memiliki pertanyaan seperti ini? Seorang teman sempat bertanya hal tersebut pada saya. Ini karena ia sering melihat orang yang berasal dari Bali pintar menari, suka membuat patung, ukiran hingga membuat kerajinan yang unik dan khas. 

Setelah merenung sejenak, pendapat ini ada benarnya. Setidaknya ini yang saya alami selama menetap di Bali. Siswa putri semasa SMP banyak yang bisa menari, membuat anyaman daun kelapa dan melukis. Siswa putra ada yang pintar mekidung (menyanyi sastra bali), buat anyaman bambu hingga memahat. 

Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi faktor lestarinya jiwa seni hingga lintas generasi di Bali. Apa saja itu? 

1. Terdapat Muatan Lokal Daerah yang Diajarkan di Sekolah

Di Bali, siswa yang duduk di SD-SMA selalu mendapatkan muatan lokal daerah kepada siswa didik. 

Saya ingat saat SD, ada muatan lokal mejejahitan (Seni Menganyam). Disini siswa akan diajarkan cara membuat ketupat berbagai bentuk seperti ketupat biasa, ketupat bantal, ketupat tekukur (berbentuk burung) serta hiasan upacara keagamaan di Bali. 

Jujur awalnya saya dan beberapa teman Non Hindu sempat kesal ketika ada muatan lokal ini. Alasan karena saya tidak perlu bisa membuat anyaman ketupat dan sarana upacara. Namun seiring waktu, saya menyukai muatan lokal ini. 

Siapa dari Sobat Kompasiana yang bisa membuat ketupat? Meski sudah 20 tahun saya belajar anyaman ketupat. Hingga saat ini saya masih ingat dan bisa membuat berbagai bentuk ketupat. Bahkan nilai pelajaran saya di muatan lokal ini bagus. 

Tidak hanya itu dari SD hingga SMA saya mendapatkan pelajaran bahasa daerah, di mana dituntut untuk paham dan mengerti aksara jawa. Saya sempat stres saat dulu pindah sekolah dari Jawa ke Bali. 

Menulis Dalam Aksara Bali | Sumber Lenteraesai.id
Menulis Dalam Aksara Bali | Sumber Lenteraesai.id

Bahkan ketika guru bahasa daerah memberikan tugas membuat tulisan aksara bali. Saya hampir menangis karena tidak bisa mengerjakan tugas tersebut di sekolah. 

Kini saya bisa menulis bahkan uniknya ada teman yang beragama Islam justru memiliki ukiran tulisan aksara Bali yang indah mengalahkan teman-teman asli Bali. 

Inilah mengapa anak siswa di Bali sudah paham teknis menulis dan membaca aksara Bali. Mungkin di daerah lain yang juga memiliki aksara khusus seperti Aksara Jawa dan Sunda. Tidak semua generasi muda bisa menulis dan membaca aksara tersebut. 

2. Dukungan Media Kreativitas

Pemerintah daerah memberikan dukungan terhadap penanaman jiwa seni pada generasi muda. Contoh sederhana pemerintah daerah hampir tiap tahun mengadakan lomba seni antar kecamatan, kabupaten hingga provinsi

Salah satunya adalah ajang Popsi (Pekan Olahraga dan Seni). Di sini akan ada perwakilan dari tiap sekolah yang menunjukan kemampuan dibidang olahraga dan seni. Bahkan pemenang di tingkat kabupaten akan berkompetisi kembali di tingkat provinsi untuk menentukan yang terbaik. 

Lomba Seni Tingkat Pelajar di Bali | Sumber Antaranews.com
Lomba Seni Tingkat Pelajar di Bali | Sumber Antaranews.com

Lomba yang dipentaskan pun yang berkaitan dengan seni di masyarakat Bali seperti lomba metembang, lomba pidato bahasa bali, memahat patung, menulis aksara bali, menari tarian tradisional, menyanyi lagu Pop Bali dan banyak lainnya. 

Media inilah yang membuat ada motivasi bagi sekolah untuk mengajarkan seni bali secara serius pada siswa. Disisi lain siswa juga terpacu untuk menunjukan kemampuan seni untuk pembuktian diri serta ingin mengharumkan nama sekolah. Acara yang rutin dilakukan ini membuat regerenasi tetap terjaga. 

3. Seni sebagai Sumber Mata Pencaharian

Kemampuan seni telah menjadi sumber mata pencaharian tersendiri bagi masyarakat Bali. Ini tidak terlepas dari posisi Bali sebagai kawasan wisata yang telah dikenal dunia. 

Pameran Lukisan di Bali | Sumber Tempo.com
Pameran Lukisan di Bali | Sumber Tempo.com

Contoh sederhana beberapa minggu lalu saya melihat pameran lukisan di salah satu mall di Bali. Saya sempat menebak berapakah harga lukisan tersebut. Ternyata tebakan saya meleset jauh di bawah. Siapa sangka harga lukisan tersebut hingga di atas 50 juta. 

Pantas di sekitar daerah Kuta dan Ubud, banyak pelukis yang memajang hasil karyanya. Ini karena harga lukisan bernilai fantastis dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

Saat wisata ke daerah Uluwatu. Ada atraksi tari kecak yang diadakan setiap menjelang matahari tenggelam (sunset). Atraksi ini memang melibatkan puluhan orang. Namun tetap bisa jadi sumber pendapatan dari para penari. 

Harga tiket melihat atraksi ini sebesar Rp150.000/orang. Bisa dihitung jika ada 700 orang yang menonton. Pentas tersebut bisa mendapatkan Rp105 juta sekali pentas. Bayangkan jika tarian ini dipentaskan setiap hari. Tentu para penari sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup dari dengan menjadi bagian dari atraksi tersebut. 

4. Seni sebagai Pendukung Budaya dan Tradisi

Masyarakat Hindu di Bali sangat erat dengan budaya dan tradisi. Inilah yang membuat seni harus tetap lestari secara turun temurun. 

Contoh jika kita berkunjung ke Bali menjelang Nyepi. Kita akan banyak menemukan patung ogoh-ogoh. Bahkan patung ini akan khas karena tiap desa atau kelompok masyarakat menciptakan ogoh-ogoh dengan bentuk berbeda. 

Tanpa adanya nilai seni dalam diri masyarakat, Ogoh-ogoh sebagai representasi dari sifat buruk akan susah terealisasi dengan baik. Inilah yang membuat orang dewasa akan selalu mengajarkan seni pada generasi muda. 

Selain itu ada tarian yang khusus ditarikan saat upacara tertentu. Misalkan tarian barong dan rangda, Tari Rejang Dewa serta Tari Pendet. 

Seandainya tidak ada regenerasi yang baik dikhawatirkan bagian seni ini akan hilang/punah yang tentu saja akan memengaruhi tradisi dan budaya masyarakat Bali. 

***

Seni adalah karya yang memiliki nilai estetika. Inilah yang membuat Bali terasa khas dan berbeda dengan daerah lainnya karena begitu banyak seni yang dihadirkan oleh masyarakat lokal tidak hanya sebagai upaya memperkuat pariwisata namun juga menjaga tradisi turun temurun. 

Upaya pelestarian seni ini tentu melibatkan banyak pihak mulai dari pemerintah daerah, sekolah, komunitas, masyarakat hingga individu itu sendiri. 

Beberapa hal di atas hanyalah bagian kecil mengapa seni bisa begitu mengakar kuat di masyarakat Bali. Harapannya kelebihan ini bisa jadi inspirasi bagi daerah lain untuk menjaga kelestarian seni hingga ke generasi berikutnya. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun