Bahkan ketika guru bahasa daerah memberikan tugas membuat tulisan aksara bali. Saya hampir menangis karena tidak bisa mengerjakan tugas tersebut di sekolah.Â
Kini saya bisa menulis bahkan uniknya ada teman yang beragama Islam justru memiliki ukiran tulisan aksara Bali yang indah mengalahkan teman-teman asli Bali.Â
Inilah mengapa anak siswa di Bali sudah paham teknis menulis dan membaca aksara Bali. Mungkin di daerah lain yang juga memiliki aksara khusus seperti Aksara Jawa dan Sunda. Tidak semua generasi muda bisa menulis dan membaca aksara tersebut.Â
2. Dukungan Media Kreativitas
Pemerintah daerah memberikan dukungan terhadap penanaman jiwa seni pada generasi muda. Contoh sederhana pemerintah daerah hampir tiap tahun mengadakan lomba seni antar kecamatan, kabupaten hingga provinsi
Salah satunya adalah ajang Popsi (Pekan Olahraga dan Seni). Di sini akan ada perwakilan dari tiap sekolah yang menunjukan kemampuan dibidang olahraga dan seni. Bahkan pemenang di tingkat kabupaten akan berkompetisi kembali di tingkat provinsi untuk menentukan yang terbaik.Â
Lomba yang dipentaskan pun yang berkaitan dengan seni di masyarakat Bali seperti lomba metembang, lomba pidato bahasa bali, memahat patung, menulis aksara bali, menari tarian tradisional, menyanyi lagu Pop Bali dan banyak lainnya.Â
Media inilah yang membuat ada motivasi bagi sekolah untuk mengajarkan seni bali secara serius pada siswa. Disisi lain siswa juga terpacu untuk menunjukan kemampuan seni untuk pembuktian diri serta ingin mengharumkan nama sekolah. Acara yang rutin dilakukan ini membuat regerenasi tetap terjaga.Â
3. Seni sebagai Sumber Mata Pencaharian