Saya sadar promosi ini terkesan mirip flexing atau menceritakan sesuatu secara berlebihan. Ini karena di ranah medis, dokter spesialis saja tidak berani menjanjikan kesembuhan pada pasiennya apalagi mengatakan bisa menyembuhkan segala jenis penyakit.Â
Bahkan resiko promosi jenis ini adalah tuntutan dari konsumen yang merasa tertipu karena tidak mendapatkan hal yang disampaikan dalam media promosi yang diterima.Â
3. Menutupi Informasi Tertentu
Tidak sedikit tim promosi akan menutupi informasi-informasi khusus atau kekurangan produk/jasa agar konsumen tidak ragu menggunakan produk/jasa ditawarkan.Â
Saya sering menemukan kasus ini ketika membaca promosi asuransi, bursa berjangka/pialang, kartu kredit dan sebagainya. Tim promosi/marketing biasanya menghindari untuk menjelaskan resiko atau biaya lain kepada konsumen.Â
Kasus yang sempat viral ketika banyak pengguna asuransi yang merasa tertipu dengan produk asuransi yang mereka gunakan. Ada media promosi yang menyebutkan uang premi akan kembali 100 persen jika sudah berjalan sekian tahun.Â
Padahal informasi ini tidak benar seluruhnya di mana asuransi ini bersifat unit link di mana premi yang kembali akan jauh lebih kecil daripada uang yang dibayarkan.Â
Resiko dari promosi ini, akan muncul trust issue yang berdampak secara global. Masyarakat menjadi tidak percaya pada produk asuransi meskipun kasus ini hanya terjadi pada segelintir kecil perusahaan asuransi.Â
Akhirnya ini akan merugikan perusahaan sejenis yang selama ini telah mempromosikan dengan cara yang tepat.Â
***
Promosi memang menjadi ranah penting bagi perusahaan. Namun promosi yang salah bisa saja berdampak besar tidak hanya bagi perusahaan namun juga tim promosi.Â