Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jakarta antara Kenanganku dan Harapan Masa Depan

22 Juni 2022   20:45 Diperbarui: 23 Juni 2022   07:03 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Yang Berdekatan | Sumber Harian Haluan

Hi Jakarta, 

Secara personal saya ingin mengucapkan selamat Hari Ulang Tahun ke-495. Tentu sudah banyak suka dan duka, catatan sejarah hingga perkembangan yang terjadi di ibukota tercinta ini. 

Mungkin saat ini aku bukanlah lagi warga Jakarta namun ada banyak kenangan suka dan duka yang ku lalui selama merantau di ibukota. 

Januari 2016, aku datang menemuimu berharap meniti karir untuk merubah nasib. Aku ingat banyak orang mengatakan "Jakarta Lebih Kejam Dari Ibu Tiri".

Mungkin aku adalah sosok yang beruntung justru para sahabat yang ku temukan disini. Bertemu dengan teman-teman kerja seangkatan dan seperantauan membuat ku menemukan sahabat baru. 

Aku ingat teman baik ku mengajak diriku berkeliling Jakarta selepas pulang kerja. Ia dengan bangga memperkenalkan setiap ruas jalan dan keunikan di Jakarta. 

Akhirnya perlahan aku tahu setiap sudut seperti Tanah Abang, Palmerah, Kemayoran, Pulogadung, Grogol, Kota Tua dan masih banyak lainnya. 

Banyak aktivitas yang mungkin akan ku ingat selamanya. Makan ketan di Kemayoran, minum kopi di samping Waduk Sunter, belanja pakaian bekas di Pasar Senen hingga berburu fashion di Pasar Tanah Abang. 

Rasa kagum pun semakin kuat ketika melihat banyaknya gedung pencakar langit yang berdiri kokoh di sepanjang jalan pusat kota. Bahkan aku pernah bergumam, Indonesia tidak kalah dengan negara tetangga. Tidak akan lagi Indonesia dipandang sebelah mata. 

Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Yang Berdekatan | Sumber Harian Haluan
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Yang Berdekatan | Sumber Harian Haluan

Melihat Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta berdekatan justru menjadi bukti bahwa toleransi telah ada sejak lama. Jika toleransi begitu indah sejak lama, mengapa kita tidak pertahankan hingga generasi selanjutnya. 

Hi Jakarta, 

Banyak kemudahan yang ku dapat selama tinggal di Jakarta. Bepergian tinggal naik Kopaja, Trans Jakarta hingga KRL. 

Tidak butuh waktu lama, aku hafal semua rute KRL yang ada di Jakarta. Naik dan transit di stasiun mana saja, jam berapa waktu tersibuk dan bagaimana aku harus siap berdesakan dan menahan nafas jika menggunakan KRL di jam pulang kerja. 

Ah, sungguh indah rasanya saat itu. Rasa bosan nyaris tak pernah hinggap. Ingin kulineran, tinggal pergi ke kebon sirih atau mangga besar. Ingin shopping ada puluhan mall yang siap memanjakan mata. Bahkan ketika aku ingin menyendiri pun, Pulau Seribu menjadi tempat yang menyenangkan. 

Jakarta, aku pun pernah kesal pada dirimu. Masih terekam jelas ketika aku dirampok di sekitar Tanah Abang. Aku sadar itu karena kecerobohanku sehingga jadi korban perampokan. Ku ikhlaskan gawai ku hilang diambil orang. Mungkin itu bisa menjadi rejeki bagi mereka. 

Adikku pun sempat menertawakan, belum genap 5 bulan justru diriku jadi korban kejahatan. Disini aku belajar tentang keikhlasan. 

Tidak hanya itu, aku kesal dengan kesemrawutan transportasi. Macet seakan jadi rutinitas yang harus siap dilalui. Bahkan aku kerapkali stres mendengar suara klakson kendaraan yang terlalu barbar ketika berada di situasi kemacetan. 

Kemacetan Dan Kesemrawutan Pengguna Jalan Di Jakarta | Sumber Merdeka.com
Kemacetan Dan Kesemrawutan Pengguna Jalan Di Jakarta | Sumber Merdeka.com

Bahkan untuk melalui jarak 300 meter saja, aku pernah menghabiskan waktu 1,5 jam karena macet ini. Sungguh menguras waktu, tenaga dan mental. 

Kini diusia mu yang bertambah. Bolehlah aku menitipkan harapan. Harapan yang mungkin juga dirasakan oleh sahabat-sahabatku yang masih merantau di Jakarta. 

Kelak, aku berharap kesadaran masyarakat Jakarta kian meningkat. Kesadaran terhadap lingkungan, sosial, hingga pemerataan pembangunan. 

Orang tak lagi membuang sampah di aliran sungai, menerobos lampu merah seenaknya seakan nyawa bisa dibeli, menggunakan fasilitas secara bijak atau sekedar membantu orang yang tengah kesusahan. 

Aku percaya Jakarta banyak memiliki pemimpin hebat dan generasi muda berkualitas. Jika semua elemen mau menurunkan ego dan bersedia mewujudkan Visi menciptakan Jakarta lebih baik. Tentu Jakarta akan semakin dicintai

Benahi kondisi lingkungan yang kian buruk, tingkatkan sanitasi masyarakat di kawasan perkumuhan hingga buatlah kebijakan Pro Rakyat. Memang ini bukan pekerjaan mudah tapi inilah tantangan bagi para decision makers di level pemerintahan. 

Bukankah kalian dipercaya dan dipilih oleh rakyat untuk mengatasi masalah ini? 

Itulah kenangan dan harapanku untuk Jakarta. Saya percaya Jakarta bisa lebih baik kedepannya. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun