Pikirannya saat ini hanya warisan saja. Ia tahu selama aku masih hidup, warisan tak kan mampu ia miliki atau dijual.Â
Hanya Sonya, anak gadisku yang memahami kondisiku. Sayang ia lebih dulu pergi bersama suaminya karena kecelakaan 4 tahun silam. Cindy, cucuku lah yang kini jadi alasan kenapa aku berjuang untuk hidup.Â
"Oma, jangan pergi oma. Jika Oma pergi, aku bagaimana Oma? "
Oh tidak, aku barusan mendengar suara hati cucuku. Suara tangisnya memang ia sembunyikan tapi suara hatinya bisa ku dengar dengan jelas.Â
"Tuhan, beri aku kesempatan. Biarkan aku menyelesaikan tugasku terakhir kalinya" Saat ini hatiku hanya bisa berdoa berharap ada keajaiban
Hati ini masih terasa pedih, aku masih ingat bagaimana liciknya Albert bersama istrinya yang diam-diam ingin menaruh cucu kesayanganku di panti asuhan jika nanti aku mati. Betapa teganya mereka, sungguh hatiku teriris setiap mereka berbisik-bisik tentang niat itu.Â
Aku mendengar setiap kata dalam hati, bahkan setiap ketakutan hingga kesedihan terkecil aku mampu mendengarnya.
***
Alat pemacu jantung terasa menyentuh dadaku. Aliran listrik mengalir di sekujur tubuh. Aku merasa dada ini seperti mendapatkan hentakan hebat.
Isak tangis Cindy kian terdengar jelas. Doa dalam hati yang setiap kata berharap kesembuhanku begitu mengenyuhkan batin.Â
"Tuhan, beri aku kesempatan sekali saja. Ijinkan aku lakukan hal penting terakhir kalinya. Setelah itu, cabutlah nyawaku ini"