Justru ini menjadi pengalaman unik dan berkesan. Saya merasakan nilai kearifan lokal masyarakat setempat hanya dengan berbaur dalam misa sesaat.
Selepas misa, ada hal yang wajib untuk dilakukan yaitu menjelajahi area jalan salib yang menjadi fasilitas Goa Maria Laurdes Pohsarang. Di area ini, kita kan menemukan 14 spot tentang kisah sengsara Yesus yang direpresentasikan dalam berbagi patung sesuai gambaran kisah sengsara Yesus.
14 titik pemberhentian Yesus selama masa penyaliban antara lain :
- Yesus dijatuhi hukuman mati
- Yesus memanggul salib
- Yesus jatuh untuk pertama kalinya
- Yesus berjumpa dengan ibu-Nya
- Yesus ditolong oleh simon dari Kirine
- Wajah Yesus diusap oleh Veronika
- Yesus jatuh untuk kedua kalinya
- Yesus menghibur perempuan-perempuan yang menangisi-Nya
- Yesus jatuh untuk ketiga kalinya
- Pakaian Yesus ditanggalkan
- Yesus disalibkan
- Yesus wafat di kayu salib
- Yesus diturunkan dari salib
- Yesus dimakamkan
Selama masa Pra Paskah, kerap dilakukan misa jalan salib untuk berdoa sekaligus meresapi masa-masa tersulit yang dialami Yesus. Dulu pun saya bersama KMK Fakultas melakukan misa jalan salib.
Ada banyak renungan yang saya rasakan dimana ternyata begitu perih rasa pengkhianatan oleh salah seorang murid tercinta, penolakan dari masyarakat hingga luka akibat cambuk, pukulan dan hujaman senjata dari pasukan Romawi.
Saya personal sebagai manusia biasa yakin 100 persen tidak akan sanggup merasakan kejadian itu. Akan ada rasa sakit hati, kepedihan mendalam hingga mungkin kebencian pada orang lain yang membuat saya bisa seperti ini.
Namun iman saya semakin kuat dan kecintaan pada Yesus semakin besar karena diri-Nya melalui ujian ini dengan kecintaan dan ketulusan.
Menelusuri 14 titik jalan salib termasuk menyenangkan. Selain sebagai sarana perenungan, saya juga kerap mengambil dokumentasi karena begitu indahnya area ini.
Bahkan ketika kunjungan kedua ke daerah ini bersama teman yang Non-Nasrani, teman saya ini pun takjub dan tidak sungkan ikut dokumentasi.