Kenangan manis yang kami lakukan dari kelas 6 SD hingga kelas 3 SMP. Kini pun saya masih memiliki rasa antusias yang sama. Namun sepertinya saya harus sedikit menahan rasa antusias tersebut.Â
Dampak pandemi yang melarang ada acara kerumunan membuat Pemerintah Daerah (Pemda) sempat melarang pengarakan Ogoh-Ogoh khususnya di tahun 2021.
Menguntip dari salah satu situs berita online, pada Nyepi 2021 sempat ada aturan dari Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali bersama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) yang mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB). SKB ini berkaitan tentang pelaksanaan Nyepi Tahun Baru Saka 1943 (Atau 2021 tahun Masehi) dimana salah satu poin menjelaskan tentang pelarangan arakan Ogoh-Ogoh (Detail berita di sini).Â
Larangan ini ternyata juga dilakukan oleh masyarakat Hindu diluar Bali. Ini untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran Covid-19.Â
Wajar mengingat dulu saat saya menonton pawai arakan Ogoh-Ogoh di Denpasar. Ribuan masyarakat tumpah ruah ke jalanan menonton pawai ini. Tidak hanya masyarakat setempat wisatawan domestik hingga mancanegara pun sengaja menyempatkan waktu untuk melihat atraksi ini.Â
Sangat berbahaya sekali jika atraksi dilakukan di masa pandemi. Alasan yang cukup bisa diterima banyak pihak.Â
Di awal tahun 2022, sempat ada kebimbangan dari masyarakat apakah tahun ini akan membuat Ogoh-Ogoh atau tidak sama sekali. Kekhawatiran akan ada larangan pengarakkan Ogoh-Ogoh disaat masa proses pembuatan akan merugikan banyak pihak.Â
Biaya pembuatan Ogoh-Ogoh tidaklah murah. Ogoh-Ogoh setinggi minimal 1,5 meter bisa menghabiskan jutaan, belasan hingga puluhan juta rupiah. Bahkan dalam karya tertentu bisa menghabiskan dana hingga ratusan juta rupiah.Â
Berdasarkan update berita yang saya baca, tahun 2022 telah terbit Surat Edaran (SE) nomor: 009/SE/MDA-Prov. Bali/XII/2021 tentang pembuatan dan pawai Ogoh-Ogoh di Perayaan Nyepi Tahun Saka 1944 dari MDA Provinsi Bali.Â