Jangan terkecoh, kadang anak bisa memberikan informasi yang berlebihan pada orang tuanya. Misalkan si anak terluka karena jatuh dari sepeda.Â
Si anak bercerita jika si anak X yang membuatnya terjatuh dan terluka. Orang tua ketika mendengar hal ini tentu bisa langsung kesal dan langsung menjustifikasi bahwa si anak X lah pelakunya.
Padahal bisa jadi sebenarnya anaknya sendiri yang ugal-ugalan membawa sepeda sehingga menyenggol si anak X dan membuat ia tidak bisa mengontrol keseimbangan hingga terjatuh dan terluka.Â
Sebenarnya kesalahan bukan karena si anak X justru disebabkan oleh anaknya sendiri. Ini karena ada cerita yang tidak sesuai dengan fakta atau dilebih-lebihkan.
Ini pernah terjadi di mana orang tua mengamuk di sekolah anaknya. Si orang tua ini tidak terima jika anaknya dilukai oleh teman sekelasnya. Si orang tua ini mendapatkan info dari si anak jika temannya memukul dirinya.
Ternyata setelah dikroscek melalui CCTV sekolah serta dikonfirmasi ke teman anaknya yang lain. Terbukti anak orang tua inilah yang memulai masalah dengan merudung teman sekelasnya, bahkan anaknya ini yang memulai memukul temannya. Teman yang kesal hanya merespon memukul balik sebagai pertahanan diri.
Akhirnya orang tua pun jadi malu akibat kejadian ini di mana ia merasa dibohongi oleh anak sendiri demi mencari pembelaan.Â
Alangkah baiknya orang tua bersikap tenang dan mau mengkroscek dulu informasi yang diterima dari anak atau orang lain.Â
Tujuannya agar titik masalah diketahui dan tidak menyebabkan masalah semakin runyam di mana info yang didapat tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Bekali Anak Bela Diri
Cara ini menurut saya lebih bijak di mana biar si anak berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri khususnya ketika menjadi obyek kenakalan teman sebaya.Â