Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Semarak Tahun Baru dan Kehampaan Tukang Terompet

2 Januari 2022   16:13 Diperbarui: 4 Januari 2022   09:01 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model Terompet Air Horn | Sumber Flipkart

Kemeriahan Tahun Baru 2022 memang telah usai. Saya melihat berbagai postingan dari teman-teman di sosial media bagaimana mereka merayakan pergantian tahun ini. 

Saya pun merayakan tahun baru dengan suka cita. Melihat kilauan kembang api dari salah satu daerah perbukitan di Bandung, Jawa Barat. Bahkan pesta kembang api ini berlangsung hingga belasan menit dan membuat orang terpukau. 

Meski perayaan ini kian tahun kian meriah namun tetap ada sesuatu yang bikin kangen. Teringat saat masih kecil dulu, setiap tahun baru selalu bersemangat membeli terompet dan topi warna-warni ala tahun baru. 

Sayangnya kini nyaris saya tidak menemukan lagi penjual terompet dan topi tahun baru. Setidaknya ketika saya masih di sekitar Bogor dan Bandung, tidak tampak penjual terompet. 

Bandingkan 22 tahuh lalu atau saat pergantian tahun 2000 atau dikenal tahun millenium. Saat itu saya masih Sekolah Dasar (SD) di salah satu kota kecil di Bali. 

Saat detik-detik pergantian tahun, semua orang mulai meniupkan terompet sekecang-kencangnya serta saling bersalaman mengucapkan selamat tahun baru. Terlalu asyiknya hingga tidak sadar ujung terompet mulai basah dan akhirnya rusak.

Penjual terompet pun sudah mulai bermunculan 2 minggu menjelang pergantian tahun baru di sekitar pinggir jalan. Uniknya pedagang ini berasal dari Pulau Jawa dan rela merantau usaha hingga ke Bali. 

Tinggal di emper ruko kosong dengan mengajak anak istri bukanlah masalah besar demi cuan yang akan diraih saat pergantian tahun. 

Kelompok Wanita Berpose Meniup Terompet | Sumber Kaldera News
Kelompok Wanita Berpose Meniup Terompet | Sumber Kaldera News

Dulu ketika mendekati Tahun Baru harga terompet akan mahal dan naik. Seingat saya saat masih SD atau SMP harganya 5 ribu rupiah. Semakin mahal jika terompet memiliki bentuk unik seperti desain Naga. 

Namun setelah malam tahun baru, harganya langsung anjlok menjadi 2 ribu atau bahkan seribu rupiah. Ini karena peminat menurun dan penjual ingin menghabiskan stok tersisa. 

Kisah Murki, salah satu penjual adalah sebuah contoh bagaimana usaha terompet sempat menjadi bisnis yang menjanjikan. Bermodalkan 25 juta, ia mampu meraup keuntungan hingga 45 juta. 

Tidak heran dulu banyak orang rela mengadu nasib sebagai penjual terompet hingga keluar daerahnya (Kisah selengkapnya Klik Disini). Kini seakan berbanding terbalik 180 derajat dimana bisnis terompet tidak begitu dilirik meski menjelang pergantian tahun baru. 

Kenapa? 

Berdasarkan analisa saya, ada beberapa faktor penyebab menurunnya minat orang menjadi penjual terompet dan topi tahun baru khususnya di pergantian tahun baru kemarin. Apa saja itu? 

Anak Kecil Meniup Terompet | Sumber Pitjar.com
Anak Kecil Meniup Terompet | Sumber Pitjar.com

Faktor Higienis

Sewaktu kecil saya pernah melihat langsung pedagang membuat terompet dan topi tahun baru. Mengingat permintaan yang tinggi, tidak jarang penjual membuat dan menjajakan langsung hasilnya di pinggir jalan. 

Penjual Terompet Yang Mencoba Salah Satu Produk Jualannya | Sumber Warta Bromo
Penjual Terompet Yang Mencoba Salah Satu Produk Jualannya | Sumber Warta Bromo

Salah satu proses pembuatan yaitu mereka akan mencoba meniup langsung terompet yang dibuat. Cara ini memastikan ruas bambu kecil di terompet mengeluarkan bunyi yang diinginkan. 

Selain itu ketika dipajang pun, banyak calon pembeli yang mencoba langsung bunyi terompet. Tidak jarang ketika dirasa suara tidak sesuai harapan, konsumen akan mencoba terompet lainnya. 

Saat ini ketika pandemi Covid-19, masyarakat mulai menjaga dan memperhatikan higienitas.  (Mohon maaf) proses pembuatan terompet hingga uji coba konsumen membuat ujung terompet telah disentuh banyak orang. 

Air liur ataupun keringat yang mungkin menempel di terompet bisa menularkan kuman serta virus kepada orang lain yang menggunakan alat tersebut.

Padahal di kondisi saat ini kita menghindari sentuhan fisik ataupun menggunakan media/alat yang kurang higienis. Kondisi ini ikut menjadi usaha ini mengalami penurunan drastis selama pandemi. 

Munculnya Produk Terompet Modern

Paradigma menggunakan terompet karton atau kertas dianggap ketinggalan jaman. Saat ini sudah banyak jenis terompet yang lebih modern dan bisa digunakan jangka panjang. 

Terompet Air Horn adalah salah satunya. Jenis terompet ini banyak dijual di E-Commerce seharga 15 ribu hingga 30ribu rupiah. 

Model Terompet Air Horn | Sumber Flipkart
Model Terompet Air Horn | Sumber Flipkart

Meskipun dari sisi harga lebih mahal dibandingkan terompet kertas namun tetap ada kelebihan. Kelebihan terompet ini memiliki suara lebih keras, tidak perlu ditiup hingga lebih awet digunakan. 

Tidak jarang terompet Air Horn juga digunakan dalam even olahraga seperti sepak bola untuk memberikan semangat dan keseruan. 

Secara tidak langsung masyarakat pun mulai beralih dengan menggunakan jenis Air horn dibandingkan terompet kertas. Alhasil hasil kerajinan tangan akan tergusur oleh hasil pabrikan. 

Minimnya Event Peringatan Tahun Baru

Ini menjadi salah satu faktor menurunnya permintaan trompet tahun baru. 

Dulu, di daerah saya sangat banyak kegiatan untuk memperingati tahun baru. Bahkan antar desa seakan berlomba-lomba mengadakan acara seperti dangdutan, lomba band, acara nonton bareng, kumpul di taman kota dan sebagainya. 

Larangan dari pemerintah untuk mengadakan acara yang mengundang kerumunan selama pandemi juga menjadi alasan minimnya acara tahun baru. 

Kini masyarakat lebih memilih menghabiskan tahun baru di rumah seperti Barbeque Makanan, pergi ke cafe atau Staycation di hotel. Acara-acara seperti ini tentu tidak menempatkan trompet sebagai media utama keseruan acara. 

Dampaknya permintaan pun ikut menurun sehingga bisnis trompet menjadi lesu. Berbeda jauh dibandingkan 1 dekade lalu, pawai keliling kota sambil meniup trompet seakan asyik dan berkesan. 

Kehampaan Pangsa Pasar

Dulu sudah jelas pangsa pasar trompet membidik anak kecil hingga remaja. Meskipun orang dewasa yang membeli trompet saat pergantian tahun baru juga tinggi namun hanyalah pangsa sekunder. 

Kini pangsa pasar trompet tahun baru terasa hampa. Perubahan gaya hidup dan kemajuan teknologi juga ikut mempengaruhi. 

Anak kecil  dan remaja sekarang merasa lebih seru bermain gadget bersama teman sebayanya, pergi ke tempat yang instagramable, ataupun kencan dengan gebetan. 

Menggunakan topi dan meniup trompet saat Tahun Baru seakan dianggap Childish. Tingkat keseruan seakan telah berubah di tiap jaman. Bagi saya yang berasal dari Generasi Y, meniup trompet justru seru dan bukan suatu yang aneh. Namun bagi generasi Alpha, meniup trompet masih kalah seru dibandingkan bermain game online. 

***

Ada kerinduan mendalam bagaimana dulu bisa merayakan tahun baru dengan seru-seruan dengan teman sebaya sambil meniup trompet dan topi tahun baru. 

Keseruan inilah yang membuat munculnya penjual terompet musiman yang hadir menjelang pergantian tahun. Usaha ini dianggap sangat menjanjikan dimasa dulu. 

Perlahan usaha ini ibarat terseok dan berujung punah tersingkirkan oleh kemajuan teknologi. Perubahan gaya hidup anak jaman kini juga ikut menyumbang runtuhnya daya tarik bisnis ini. 

Harapannya kedepan masih ada pengrajin dan penjual yang berusaha mengangkat lagi popularitas terompet dan topi khas ulang tahun. Agar keseruan yang sempat saya rasakan juga dialami oleh generasi jaman sekarang. 

Apakah di kota sobat Kompasianer masih mudah ditemukan penjual terompet atau sama seperti yang saya rasakan dimana nyaris tieak ada penjual di tempat kita? Berharap bisa sharing pengalaman keseruan dengan sobat Kompasianer lainnya. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun