Ini menjadi salah satu faktor menurunnya permintaan trompet tahun baru.Â
Dulu, di daerah saya sangat banyak kegiatan untuk memperingati tahun baru. Bahkan antar desa seakan berlomba-lomba mengadakan acara seperti dangdutan, lomba band, acara nonton bareng, kumpul di taman kota dan sebagainya.Â
Larangan dari pemerintah untuk mengadakan acara yang mengundang kerumunan selama pandemi juga menjadi alasan minimnya acara tahun baru.Â
Kini masyarakat lebih memilih menghabiskan tahun baru di rumah seperti Barbeque Makanan, pergi ke cafe atau Staycation di hotel. Acara-acara seperti ini tentu tidak menempatkan trompet sebagai media utama keseruan acara.Â
Dampaknya permintaan pun ikut menurun sehingga bisnis trompet menjadi lesu. Berbeda jauh dibandingkan 1 dekade lalu, pawai keliling kota sambil meniup trompet seakan asyik dan berkesan.Â
Kehampaan Pangsa Pasar
Dulu sudah jelas pangsa pasar trompet membidik anak kecil hingga remaja. Meskipun orang dewasa yang membeli trompet saat pergantian tahun baru juga tinggi namun hanyalah pangsa sekunder.Â
Kini pangsa pasar trompet tahun baru terasa hampa. Perubahan gaya hidup dan kemajuan teknologi juga ikut mempengaruhi.Â
Anak kecil  dan remaja sekarang merasa lebih seru bermain gadget bersama teman sebayanya, pergi ke tempat yang instagramable, ataupun kencan dengan gebetan.Â
Menggunakan topi dan meniup trompet saat Tahun Baru seakan dianggap Childish. Tingkat keseruan seakan telah berubah di tiap jaman. Bagi saya yang berasal dari Generasi Y, meniup trompet justru seru dan bukan suatu yang aneh. Namun bagi generasi Alpha, meniup trompet masih kalah seru dibandingkan bermain game online.Â
***