Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berutang Pun Butuh Etika, Sudah Tahu?

1 Desember 2021   18:17 Diperbarui: 2 Desember 2021   02:00 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi(Shutterstock/Melimey)

Sebuah pesan online tiba-tiba masuk ke gawai. Pesan dari seorang kenalan, tanpa basa-basi menyampaikan maksud dan tujuan. 

"Bro, gue pinjam uang lo dong x juta. Awal bulan gue balikin"

Entah kenapa saya langsung mengiyakan dan mentransfer sejumlah uang yang diminta. Nyatanya niat baik tidak serta merta berbalas kebaikan pula. 

Dirinya semakin melengkapi rasa kecewa saya yang memanfaatkan rasa ingin membantu dengan ikhlas. 

Ternyata apa yang saya rasakan juga banyak menimpa orang di sekitar atau mungkin sobat Kompasiana sendiri. 

Teman kerja saya pun pernah berkeluh kesah, ia kapok meminjamkan uang kepada orang. Selain risiko tidak balik, susah ditagih hingga hal menyakitkan justru si pengutang tidak tidak sadar diri.

"Air susu dibalas air tuba", sebuah pepatah lama yang bisa mewakili perasaan pemberi utang. 

Sangat banyak pengutang yang tidak memiliki "etika berutang". Padahal etika ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan hingga hubungan antara si pemberi utang dan si pengutang. 

Apa saja etika utang yang harus disadari? 

# Ucapkan Maaf dan Terima Kasih

Masih ada orang yang terlalu gengsi untuk mengucapkan maaf dan terima kasih meskipun dirinya sudah dibantu orang lain. 

Mungkin ada yang bertanya kenapa harus mengucapkan minta maaf saat meminjam uang. Logika sederhana, ketika kita berniat pinjam uang anggap 1 juta. 

Kita tidak tahu bahwa si peminjam bisa jadi semula bermaksud menggunakan uang 1 juta untuk membeli sesuatu; biaya traveling, modal usaha dan sebagainya. 

Namun ia rela mengalihkan uang tersebut untuk membantu kita. Artinya kita tanpa sadari "mengambil" impian si pemilik demi kepentingan kita. 

"Maaf ya uangnya saya pinjam dulu sementara waktu"

"Maaf ya, saya sudah merepotkan"

Di atas adalah contoh kita meminta maaf ketika ingin meminjam uang kepada orang lain. Terkesan sederhana, namun akan berdampak besar bagi si pemberi. Kita bisa dianggap tahu etika dan tahu diri saat meminjam sesuatu. 

Pentingnya Ucapan Terima Kasih | Sumber: storyblocks.com
Pentingnya Ucapan Terima Kasih | Sumber: storyblocks.com

Selain itu ucapan terima kasih pun jangan luput untuk disampaikan ketika sudah dibantu atau setelah kita mengembalikan pinjaman. 

Ucapan ini sebagai tanda bahwa kita tahu bersyukur ada yang berempati dan mau membantu kesusahan kita. 

"Terima kasih ya sudah mau membantu"

"Bantuanmu sangatlah berharga"

"Semoga Tuhan membalas kebaikanmu"

Saat ini pun saya mencoba membiasakan diri untuk mengucapkan terima kasih jika mendapatkan bantuan meski sekecil apapun. 

Jika kita bisa dan terbiasa mengucapkan maaf dan terima kasih, niscaya orang pun tidak akan ragu menolong atau meminjamkan uangnya untuk membantu kesusahan kita. 

# Tawarkan Jaminan

Sebenarnya masih banyak orang yang membantu orang dengan ikhlas dan tulus hati. Namun kadang niat baik mereka mulai pudar ketika ada orang yang meminjam uang namun berusaha melupakan utangnya. Istilah sederhana, ingin pinjam uang tapi enggan membayar utang. 

Memberikan Barang Jaminan Hutang | Sumber: Finansialku
Memberikan Barang Jaminan Hutang | Sumber: Finansialku

Demi menjaga kepercayaan orang, tidak ada salahnya kita menawarkan jaminan agar kelak jika kita tidak mampu bayar. Setidaknya jaminan kita bisa membayar utang atau mengurangi utang. 

Ini pernah terjadi ketika seorang teman meminjam uang kepada saya nominal 500 ribu. Ia menjaminkan gawainya kepada saya. 

Ternyata karena suatu hal, ia tidak bisa membayar dan mempersilakan jika gawainya yang dijaminkan untuk saya jual atau saya miliki. 

Saya mengapresiasi tipe orang seperti ini, karena ia ingin tetap menjaga kepercayaan orang dan berharap orang lain tidak terlalu dirugikan seandainya ia lupa atau tidak mampu membayar utang. 

Banyak sekali orang memberikan pinjaman atas dasar kepercayaan atau hubungan baik tanpa meminta jaminan. 

Namun justru berakhir kecewa karena utang tidak dibayar dan hubungan menjadi retak karena si peminjam merasa uangnya tidak balik. 

# Jangan Umbar Riya di Sosmed

Bagaimana rasanya jika orang yang berutang ke kita, saat meminjam menunjukan raut muka sedih, susah dan sangat mengharapkan bantuan kita. 

Namun setelah dipinjamkan ternyata beralasan belum ada uang, tapi di sosial media sering posting jalan-jalan, beli barang branded, dan kuliner di tempat mewah. Kontras dengan yang disampaikan saat ditagih. 

Ini pernah terjadi pada teman saya. Teman saya ini meminjamkan uang jutaan rupiah pada sahabatnya karena alibi ada kebutuhan mendesak. 

Ternyata si sahabat memposting baru membeli iPhone keluaran terbaru dari uang pinjaman tersebut. Emosi sekaligus kesal karena merasa dibohongi apalagi saat ditagih susah minta ampun. 

Saya pun pernah merasakan hal sama. Orang yang saya pinjami uang, suka posting barang branded yang dibeli dan kulineran di tempat mewah. Ketika ditagih utangnya, justru kontak saya diblokir. 

Tolonglah jika memang memiliki utang pada orang lain. Jangan pernah mengumbar keriyaan dalam sosial media. Ini terasa menyakitkan bagi si peminjam apalagi jika saat ditagih selalu berkelit dan mengeluarkan banyak alasan. 

Akan pasti muncul stigma, foya-foya bisa tapi bayar utang tidak bisa. Jangan salahkan jika muncul label, "orang tidak tahu diri" pada personal si peminjam. 

# Sampaikan Kendala, Jangan Menghilang

Kita sadar bahwa meminjam uang kepada orang lain pasti karena ada masalah finansial, kebutuhan mendesak namun dana tidak mencukupi atau ada insiden tidak terduga seperti dompet ketinggalan atau lupa membawa uang saat berbelanja. 

Saat meminjam pun sering terucap kapan rencana pengembalian seperti besok, minggu depan atau saat gajian. 

Namun seringkali dugaan meleset dimana kita belum ada dana membayar disaat jadwal yang disepakati. 

Etika yang baik adalah sampaikan kendala apa adanya ketika kita belum mampu membayar sesuai kesepakatan. Jangan bersikap acuh atau menghindar ketika ditagih sesuai tanggal kesepakatan. 

Inilah yang membuat si peminjam kesal karena si penghutang terkesan amnesia atau menghindar ketika ditagih. Rasa kepercayaan si peminjam pun akan memudar. 

Saya salut kepada teman kerja yang berusaha jujur tentang kondisinya ketika jadwal pembayaran utang meleset. 

"Pak, maaf ternyata saya belum bisa bayar saat ini karena belum ada uang"

"Pak, saya baru ada uang segini. Saya cicil bayarnya bolehkah? "

Bagi saya, pernyataan seperti ini lebih baik dibandingkan menghilang atau memblokir kontak karena takut ditagih. 

Dalam perspektif saya, ketika kita berusaha terus terang dengan kondisi finansial yang belum mampu membayar sesuai kesepakatan. Tidak sedikit si peminjam memaklumi dan memberikan kelonggaran khusus. 

Saya pun paham bahwa keadaan finansial orang tidaklah sama. Ketika ia tetap menyampaikan kondisi apa adanya dan menunjukan itikad baik untuk membayar. Saya bisa memaklumi dan tetap bersedia membantunya dikemudian hari. 

Ini berbanding terbalik jika si peminjam terkesan amnesia dan menghilang. Kelak jika ia ingin pinjam lagi, saya pasti berlagak "tuli" dan masa bodoh. 

***

Masalah utang piutang adalah masalah sensitif. Tidak jarang hubungan menjadi rusak karena masalah ini. 

Mengantisipasi hal negatif tersebut alangkah baiknya si pengutang memahami etika berutang dengan baik. 

Beberapa pandangan yang saya paparkan di atas dapat menjadi pegangan, agar antara si peminjam dan si pemberi pinjaman dapat tetap terjaga hubungan baik. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun