Adab ini lebih menekankan agar kita bisa menjaga alam dan menghindarkan diri dari aktivitas yang merusak ekosistem.Â
Sayangnya tidak sedikit pendaki yang tidak memahami adab ini. Mereka dengan egois melakukan vandalisme, merusak tanaman, mengambil edelweis sebagai kenang-kenangan hingga membunuh satwa yang ada di alam.Â
Saya selalu mencoba menempatkan diri sebagai pemilik pekarangan rumah yang didatangi sekelompok pendaki. Pendaki ini dengan seenaknya memetik bunga terindah di pekarangan karena ingin dijadikan oleh-oleh. Tidak hanya itu pendaki ini juga mencoret pekarangan saya dengan pilox sehingga pekarangan saya tidak seindah sebelumnya. Saat pulang pun, pendaki ini membunuh ayam yang saya pelihara.Â
Reaksi saya sebagai pemilik rumah pasti kesal dan bisa menuntut balas atas perbuatan mereka. Sangat banyak kejadian pendakian yang hilang, tersesat hingga tewas karena bernuansa mistis karena mereka membuat marah penunggu gunung tersebut karena suatu tindakan tertentu.Â
# Adab Ketiga : Jadilah Tamu Yang Baik
Cobalah menempatkan diri kita sebagau tamu yang berkunjung ke rumah kerabat atau rumah calon mertua. Pasti ketika baru sampai langsung mengucapkan salam, berjabat tangan atau salim dengan pemilik rumah, melepaskan alas kaki saat masuk dan jika disajikan makanan, kita dengan sadar diri membersihkan sisa makanan bahkan mencuci peralatan makan yang sempat terpakai.Â
Tanamkan juga hal ini jika ingin mendaki gunung. Selalu ucapkan salam ketika berada di lokasi tertentu seperti pos pemberhentian, serta membersihkan sisa makanan atau sampah yang kita hasilkan.Â
Niscaya jikalau perilaku ini kita lakukan, kita bisa terhindar dari hal-hal mistis di gunung karena kita bertamu dengan menjaga tata krama.Â
# Adab Keempat : Jaga Iman dan Niat Hati
Saya salut dulu ketika mendaki ke Gunung Semeru bersama teman-teman kuliah dan komunitas pendaki. Pendaki yang beragama Islam tetap tekun menjalankan ibadah.Â