"Mati jani Cai (mati kamu sekarang)" Sebuah suara tanpa wujud terdengar keras
"Mai mesiat (Sini bertarung), suara itu terdengar diantara pepohonan besar yang ada tidak jauh dari Griya.Â
Sebuah bola api muncul terbang dari balik pepohonan. Bola Api sekilas seperti Banaspati. Berukuran sebesar bola kaki namun terbang diatas langit. Api itu terlihat jelas dan seakan tidak membakar apapun yang dilintasi.Â
Bola itu terbang seakan ingin menuju dalam Griya namun seakan terhalangi sesuatu. Sepertinya Ajik sudah tahu akan terjadi kondisi ini dan sudah membentengi Griya dengan tembok gaib saat sore tadi.Â
Bola api itu berulang kali terbang dan membuat kehebohan bagi yang melihat. Termasuk aku, Randi dan Ayu.Â
Ayu pun nyaris pingsan seakan takut dan tidak percaya dengan apa yang dilihat. Untung ada Randi dan Biang yang cepat membawa Ayu masuk ke dalam rumah
Ratu Ajik bergerak maju seakan menerima tantangan sosok bola api tersebut. Ia mengeluarkan sebuah keris kecil dan meletakkan dalam tangannya.Â
Bibir Ajik terlihat komat-kamit membaca doa. Keris itu berubah warna menjadi merah dan melesat terbang dengan sangat cepat ke arah Bola Api.Â
Argghhhhhhh...., suara kesakitan terdengar sangat jelas. Keris itu seakan mengenai wujud si Bola Api.Â
Bola Api itu terbang kian tinggi dan perlahan meninggalkan Griya seakan kalah kekuatan dengan yang dimiliki oleh Ajik.Â