Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Punya Atasan Toxic, Wajib Kenali dan Cara Menghadapinya

31 Oktober 2021   14:35 Diperbarui: 31 Oktober 2021   17:12 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang karyawan memiliki atas toxic | Sumber: Freepik

Senin pagi suasana di kantor terasa berbeda, seorang staf pria yang dikenal ceria dan kalem tiba-tiba mengambil tas di ruang kerja dan meninggalkan kantor seketika, padahal saat itu jam masih sekitar pukul 08.03 WIB. 

Artinya belum ada 5 menit jam operasional kantor namun dirinya pergi seakan balik ke rumah. Kejadian ini cukup menggemparkan kantor mengingat tindakan staf yang berbeda seperti biasa. 

Usut punya usut ternyata atasan si staf marah-marah saat si staf muncul di ruangan dengan intonasi tinggi hanya karena berkas belum dirapihkan, padahal si staf ini belum sempat duduk dan menghidupkan komputer. 

Hal ini ternyata membuat si staf kesal padahal hari minggu kemarin, si staf inisiatif masuk kerja tanpa dihitung lembur untuk menyelesaikan kerjaan, apalagi kondisi ini membuat badannya drop. 

Dirinya menyadari berkas tersebut belum dirapihkan dan memang akan segera dirapihkan di Senin pagi. Namun atasannya yang super bawel membuat dirinya kesal dan cabut dari kerjaan. 

Bawahan Yang Dimarahi Atasan | Sumber: istockphoto
Bawahan Yang Dimarahi Atasan | Sumber: istockphoto

Saya langsung teringat dengan istilah toxic people atau orang yang membawa pengaruh negatif ke hidup kita. 

Toxic memang layaknya racun yang siap menggerogoti tubuh dan perlahan membuat tidak nyaman atau bahkan membunuh kita. 

Bagaimana jika si toxic adalah atasan atau orang yang secara hierarki di kantor berada diatas kita? Banyak orang galau dan bingung cara mengatasinya. 

Setidaknya saya merasa ada beberapa hal yang bisa kita lakukan jika memiliki atasan toxic. Apa saja itu?

1. Ajukan Rapor Penilaian Kerja

Sebenarnya tidak hanya di sekolah, dalam dunia kerja pun masih bisa ada sistem penilaian seperti rapor kinerja.

Tujuannya untuk mengetahui bagaimana kinerja kita. Nah, saya merasa cara ini sangat tepat jika kita memiliki atasan toxic yang sering memarahi atau mengevaluasi kita tanpa memberikan apa kesalahan yang kita lakukan.

Ilustrasi Laporan Kinerja Yang Meningkat | Sumber: www.harianhaluan.com
Ilustrasi Laporan Kinerja Yang Meningkat | Sumber: www.harianhaluan.com

Seorang teman pernah mengajukan hal ini, ketika dirinya sering mendapat teguran yang tidak ia tahu penyebabnya. 

Ia pun meminta atasan memberikan rapor kinerja setiap bulan. Di rapor tersebut, atasan bisa memberi nilai apa kelebihan dan kekurangan teman saya ini.

Alhasil membaca hasil rapor kinerja tersebut, ia mengetahui sebenarnya apa yang membuat si atasan sering marah.

Misalkan ternyata atasan tidak suka si staff terlalu sering mengobrol dengan rekan kerja saat jam kerja dan ruang kerja staff berantakan.

Ternyata diam-diam si atasan ini melakukan penilaian kepada bawahannya. Baginya staff yang terlalu sering mengobrol selama jam kerja seakan tidak terkesan profesional.

Tidak hanya itu ketika atasan pulang kerja ternyata staff itu selalu pulang on time dan meninggalkan ruangan kerja yang berantakan. 

Inilah yang memicu si atasan sering menegur dirinya ketika bekerja tanpa memberikan alasan kesalahan secara langsung.

Adanya rapor ini umumnya bisa menjadi ajang curhat atasan terhadap penilaian si staff. Tidak jarang atasan jarang menegur langsung kekurangan si staff demi menjaga perasaan bawahannya. Namun ketika terlalu banyak memendam sesuatu justru membuat dirinya bersikap toxic di kantor.

2. Bangun Kedekatan Personal

Mungkin ada pandangan bahwa mencoba mendekati atasan terkesan mencari muka atau membangun citra khusus. Namun bagi saya, hilangkan stigma itu.

Dalam dunia kerja, kita pasti ingin ada di lingkungan kerja yang nyaman baik antar sesama karyawan hingga atasan. Ketika atasan kita ternyata Toxic maka mau tidak mau kita lakukan pendekatan personal.

Salah satunya cari tahu kesukaan si atasan, tanggal lahir atau hal lain yang bisa membangun hubungan interpersonal.

Seorang Bawahan Yang Sudah Dekat Dengan Atasan | Sumber Liputan6.com
Seorang Bawahan Yang Sudah Dekat Dengan Atasan | Sumber Liputan6.com

Contoh ketika tahu atasan suka olahraga sepeda, kita bisa menawarkan atasan join dalam aktivitas sepeda di komunitas sepeda yang ia juga ikuti. Atasan suka bermain golf, kita menawarkan diri untuk menemani atasan jika tidak ada partner main.

Jika kita bisa menciptakan kebersamaan dengan atasan diluar jam kerja. Bisa jadi ini menjadi jembatan untuk membangun komunikasi dengan kedekatan personal.

Tidak jarang ketika atasan dan bawahan memiliki hobi yang sama justru yang semula hubungan renggang berubah lebih cair. 

3. Ajukan Mutasi Kerja

Hal yang paling sering terjadi di dunia kerja adalah konflik personal antara staff dengan atasan 1 tingkat seperti leader atau supervisor. 

Mengingat kita adalah bawahan seringkali si atasan bersikap semena-mena dengan tidak memberikan tugas, mencari kesalahan bawahan, hingga sering memarahi bawahan karena masalah personal.

Seandainya kita ada di posisi ini dimana ada konflik antara kita dengan atasan sehingga ada rasa tidak nyaman berada pada divisi yang sama. 

Tidak ada salahnya kita mengajukan mutasi divisi jika hal ini masih memungkinkan. Upaya ini juga sebagai langkah menjaga kesehatan mental kita di kantor.

Seorang rekan saya pernah melakukan hal ini dengan mengajukan mutasi divisi ke direktur karena supervisor bersikap toxic pada dirinya. Direktur pun menyetujui dan memindahkan dirinya ke divisi lain yang masih bisa dirinya berkontribusi.

Kini ia pun lebih merasa nyaman dengan atasan baru, bahkan bila sebelumnya ia selalu curhat sering bermasalah dengan atasan lama kini curhatnya lebih aktivitas barunya yang terasa lebih bahagia.

Baginya untuk apa kerja di lingkungan toxic, kerja tidak akan nyaman dan bisa jadi kita justru jatuh sakit karena terlalu banyak pikiran negatif.

Hidup hanya sekali jadi cobalah berada di lingkungan kerja yang positif. Tidak ada salahnya untuk mengajukan pindah divisi karena jika terwujud tentu peluang merubah kondisi kerja sangat besar.

4. Buatlah Atasan Tergatung Terhadap Kinerja Kita

Saya pernah menonton serial drama yang mengisahkan perjuangan staff demi bisa merebut hati atasan yang bersikap toxic. 

Pada awal si staff bekerja, atasan selalu menyalahkan si staff yang dianggap kinerjanya tidak sesuai dengan harapan.

Atasan Yang Bangga Pada Bawahan | Sumber Bisnis.com
Atasan Yang Bangga Pada Bawahan | Sumber Bisnis.com

Seiring waktu si staff meningkatkan kemampuan diri dari softskill hingga mengerjakan hal-hal yang diberikan dengan atasan mulai dari hal kecil hingga yang paling rumit.

Tanpa disadari seiring waktu justru atasan merasa tergantung dengan si staff tersebut. Untuk hal kecil saja ia bergantung pada si staff. Bahkan ketika staff sempat mengajukan pengunduran diri. Si atasan berusaha menahan si staff agar membatalkan dirinya.

Disini saya belajar kita bisa membalikan situasi jika saat ini kita dianggap masih kurang ini karena kita belum mengetahui standar kinerja yang ditetapkan atasan.

Namun ketika kita sudah tahu dan menaikan level kita dari sisi keterampilan dan integritas bisa jadi atasan yang awalnya toxic justru menjadi tergantung.

Saya merasa balas dendam terbaik adlaah merubah situasi dimana atasan bergantung pada kinerja kita. Selain sebagai pembuktian diri tentu ini akan membuat kita jauh lebih baik dari sebelumnya.

***

Atasan toxic memang menjadi sebuah dilema besar apalagi di kondisi saat ini yang susah mendapat kerjaan baru.

Alih-alih ingin tetap bertahan namun bingung cara mengatasi sifat toxic atasan yang membuat kita tidak nyaman dalam bekerja.

Atasan tetaplah manusia biasa artinya kita masih memungkinkan mengubah sikap dan penilaian dirinya pada kita sebagai bawahannya. 

Hal di atas bisa dicoba agar lingkungan kerja yang semula toxic berubah menyenangkan dan sesuai dengan ekspetasi. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun