Saya tertarik dengan salah satu tempat makan di Kota Pasuruan. Saat saya datang ke tempat tersebut, pemilik tempat makan memberikan tulisan di salah satu sudut ruangan.Â
"Maaf di sini tidak menerapkan Pembeli Adalah Raja karena kami menggunakan prinsip saling menghargai."
Terkesan sederhana namun mengena. Melalui tulisan ini pembeli akan sadar bahwa yang terpenting adalah saling menghargai bukan ingin dihargai semata.Â
Bagi pemilik usaha tidak ada salahnya menerapkan cara ini juga. Tujuannya selain memberikan edukasi kepada pengunjung bahwa antara pembeli dan penjual ibarat simbiosis mutualisme.Â
Penjual membutuhkan pembeli untuk menjual produknya dan pembeli pun membutuhkan produk yang disediakan oleh si penjual.
Ketika kedua pihak memahami posisinya tentu akan mengurangi perilaku semena-mena oleh si pembeli atau konsumen.Â
Di beberapa restoran fast food di Indonesia juga mulai mensosialisasikan self service dimana konsumen tidak lagi bergantung pada pelayan atau cleaning service saat mereka makan dan minum di tempat.Â
Cara lain adalah beri kompensasi. Jikalau kita tetap berharap si pembeli tidak kecewa meski sudah bersikap arogan. Kita bisa memberikan kompensasi atas ketidaknyamanan yang diterima.Â
Misalkan kasus konsumen marah karena warna HP yang dicari tidak tersedia. Si penjual dapat mengiming-imingi akan memberikan aksesoris gratis seperti screen protector, gantungan handphone atau aksesoris lain jika bersedia menunggu atau dialihkan ke warna lain yang tersedia.Â
Metode ini pernah saya lakukan ketika menghadapi konsumen yang super ribet dan ingin diistimewakan. Alhasil saya berikan potongan diskon dan ternyata konsumen bersedia berhenti mengeluh.Â
Terakhir berikan pujian kepada konsumen. Kita tahu bahwa konsumen tipe Raja ini seakan ingin diistimewakan. Jika begitu tidak ada salahnya buat dirinya setinggi langit dengan memberikan pujian khusus seperti Pak Haji, Bu Haji, Pak Bos, Juragan dan sebagainya.Â