Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Miris, Pepatah Bijak "Pembeli adalah Raja" Kerap Kali Disalahgunakan Konsumen

2 September 2021   10:20 Diperbarui: 2 September 2021   18:04 5148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konsumen komplain| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Penumpang tidak segan menyampaikan protes atau bahkan bertingkah seenaknya seperti mengeluarkan umpatan jikalau permintaan tidak dipenuhi. Sangat disayangkan pepatah "Pembeli adalah Raja" seakan telah terpatri di otak mereka dan menjadi senjata untuk menyerang pihak lain. 

Saya menilai setidaknya ada 2 hal penyebab ada orang yang tetap mengandalkan pepatah pembeli adalah raja dalam setiap aktivitas. 

Pertama, budaya sering dilayani dan diutamakan. 

Bukan rahasia umum jika masyakarat kita sangat senang jika dilayani. 

Contoh sederhana datang ke restoran, mereka ingin di service secara total seperti diantar oleh pelayan restoran ke meja yang sudah disiapkan, menu makanan diambilkan, makanan diantarkan, meja dibersihkan setelah makan bahkan ketika pengunjung tidak sengaja menumpahkan minuman ke meja atau lantai. Pelayan dengan sigap akan menghampiri dan membersihkan tumpahan tersebut. 

Kondisi ini membuat mereka merasa dilayani bak raja namun justru menempatkan hal tersebut dalam segala kondisi. Jika mau belajar pada budaya di Jepang. Pembeli sudah terbiasa menerapkan self service. Memesan makanan mandiri, mengambil makanan sendiri bahkan membersihkan meja makan dan sampah secara mandiri pula. 

Kedua, anggapan uang adalah segalanya. 

Tidak jarang banyak diantara kita yang masih menganggap dengan uang maka semua hal akan menjadi mudah. Sikap ini justru berpotensi menciptakan karakter angkuh, dan mengganggap dirinya pantas diistimewakan. 

Pembeli yang ngotot ingin mendapatkan apa yang diinginkan seperti yang saya tulis diawal tulisan adalah cermin keangkuhan dimana pembeli karena mengganggap punya maka bisa bertindak sesuka hatinya. Padahal bisa jadi apa yang dimiliki dirinya belum ada apa-apanya dengan yang dimiliki si pemilik toko. 

Jika si pembeli berpikir dirinya punya uang untuk membeli handphone termahal di toko tersebut sehingga layak untuk dilayani maka si pemilik toko justru bisa lebih kaya karena nilai HP yang dicari tidak ada apa-apanya dibandingkan nilai aset di tokonya. 

Bagaimana menyikapi Customer yang terlalu Berprinsip Pembeli adalah Raja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun