Berlandaskan kepentingan ini, mereka membuat kesepakatan untuk saling back up seandainya ada salah satu dari mereka mengajukan cuti. Saya mengajukan jempol cara cerdas yang mereka terapkan.Â
Pada saat waktu senggang, karyawan saling mengajari dan menginfokan jobdesc yang mereka kerjakan. Tujuannya ketika suatu ketika dirinya tidak masuk kerja karena sakit, ada keperluan mendadak ataupun cuti jangka panjang. Urusan kerja tidak akan mengganggu waktunya karena sudah ada yang bisa memback up. Tim inilah yang mereka sebut shadow partners.Â
Contoh kasus saat staff purchasing mengajukan cuti melahirkan selama 2 bulan. Mengingat cuti diajukan di tengah pandemi dan manajemen tengah menekan cost. Shadow partners yang digagas staff saya ternyata efektif dan membantu.Â
Beberapa staff saling membantu membagi tugas. Staff gudang membantu mengontak vendor atau supplier langganan, staff QC membantu pengecekan bahan baku apakah sesuai dengan yang dipesan, kepala produksi membantu mencari vendor dan melobi harga apabila membutuhkan vendor baru dan untuk penginputan dibantu oleh staff HRD.Â
Apakah mereka merasa terbebani oleh pembagian jobdesc?Â
Saya sempat meminta para staff lain yang mendapatkan limpahan tugas menyampaikan keluhan apabila merasa terbebani. Jawaban mereka ternyata, tidak terbebani.Â
Alasannya sederhana, mereka sudah belajar dan mengetahui jobdesc tiap partner dari jauh-jauh hari dan sudah menjadi kesepakatan bersama. Ini kerja sama tim yang belum saya temukan di cabang lain. Mereka membantu tanpa merasa terbebani.
Saya melihat ada beberapa tips mengapa shadow partners di tempat kerja saya tercipta dengan baik dan efektif.Â
Pertama, Satu Visi Sama. Visi mereka adalah ingin merasakan cuti yang benar-benar cuti tanpa diganggu urusan kerja. Ketika mereka memiliki visi yang sama maka mereka siap membantu rekan kerja yang akan cuti dengan konsekuensi akan ada upaya serupa apabila dirinya mengajukan cuti.Â
Mengapa ada karyawan yang keberatan apabila diberikan pengalihan tugas karyawan yang cuti? Salah satu alasan klasik karena ketika dirinya cuti belum tentu yang dulu dibantu mau memback up tugas dirinya. Ibarat ingin ditolong tapi enggan menolong.Â
Staff di kantor untungnya memiliki rasa kebersamaan yang kuat jadi mereka sadar betul bahwa ketika ada yang menolong dirinya dalam hal pekerjaan maka ia pun tidak akan sungkan menolong rekan kerja yang juga mengalami kesusahan.Â