Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

3 Alasan Misi Bawah Laut Sangat Berbahaya

25 April 2021   22:32 Diperbarui: 26 April 2021   00:02 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Indonesia dikejutkan dengan berita hilangnya KRI Nanggala 402 pada Rabu, 21 April 2021 dini hari sekitar pukul 03.46 WITA di perairan utara Bali. Penggunaan kapal selam KRI Nanggala ini merupakan bagian dari latihan tembak strategis yang dilakukan oleh 53 anggota TNI AL yang kini menjadi korban dalam kejadian naas tersebut.

Kita menyadari bahwa alam bawah laut layaknya dunia tersendiri karena menjadi hunian bagi biota laut yang banyak belum diketahui dan penuh misteri karena penjelajahan bawah laut masih terbatas. 

Umumnya penjelajahan yang dilakukan selama ini masuk dalam kategori penelitian dan pendidikan, eksploitasi biota laut, wisata hingga keamanan militer. 

Penelitian dan pendidikan  yang sering dilakukan biasanya terkait pengamatan biota laut, pencarian kandungan sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas di dasar laut atau pengamatan terhadap fenomena alam bawah laut. 

Aktivitas penjelajahan bawah laut yang paling ikonik dan bersejarah adalah penjelajahan ke Palung Laut Mariana yang merupakan Palung Laut terdalam yang diketahui saat ini. 

Hanya ada 3 orang yang berhasil menaklukan Palung ini. Mereka adalah Don Walsh yang mencapai kedalaman 10.916 meter pada 1960; James Cameron pada 2012 yang berhasil mencapai kedalaman 10.908 meter; dan Victor Vescovo pada 2019 yang berhasil mencetak rekor baru karena berhasil mencapai kedalaman 10.927 meter (Sumber info klik disini) .

Aktivitas lain yang juga banyak dilakukan di bawah lain seperti Scuba Diving dimana penyelam profesional melakukan pengamatan terhadap biota laut di suatu kedalam tertentu. Selain itu ada juga nelayan lokal yang sering melakukan penyelaman mandiri untuk melakukan pengambilan kerang mutiara yang banyak ada di dasar laut. 

Tidak bisa dipungkiri segala aktivitas dibawah laut memiliki resiko yang tergolong tinggi dan tidak boleh dilakukan oleh orang yang minim pengalaman. Kenapa? 

1. Status Subsunk Dapat Berakibat Fatal

Istilah Subsunk mulai familiar setelah adanya perubahan status KRI Nanggala 402 dari Submiss (hilang atau tidak terdeteksi) menjadi Subsunk (tenggelam). 

Kondisi Subsunk tentu menjadi momok yang menakutkan bagi dunia militer karena kapal selam tidak memiliki daya angkat untuk terapung ke permukaan. Ini semakin diperparah jika titik koordinat kapal selam tidak diketahui seperti yang sempat terjadi pada KRI Nanggala 402.

Informasi yang beredar jika kapal selam berstatus Subsunk maka awak kapal hanya berharap agar kapal tidak mengalami kebocoran, ketersediaan oksigen masih terpenuhi hingga proses penyelamatan serta berpacu dengan waktu untuk proses penyelamatan. 

Menguntip dari berita online, berat kapal selam khususnya Nanggala 402 sebesar 1.395 ton dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter (sumber klik disini). Artinya ketika tenggelam ke dasar lautan tanpa ada daya energi untuk mengambang atau terapung maka otomatis membutuhkan bantuan kapal lainnya untuk mengangkat kapal selam tersebut. 

Padahal tidak semua negara memiliki kapal khusus untuk mengangkut kapal selam yang tenggelam. Tidak heran dibutuhkan bantuan dari negara lain yang memiliki kapasitas ini untuk membantu. Ironisnya kita tengah berpacu dengan waktu karena ketersediaan oksigen dalam kapal selam sangat terbatas. 

Seandainya kapal khusus yang mampu mengangkat kapal selam yang tenggelam hanya dimiliki oleh negara maju seperti Amerika Serikat atau Rusia yang jaraknya untuk ke Indonesia membutuhkan waktu berhari-hari. Bisa dipastikan proses penyelamatan akan berakhir nihil atau tanpa hasil. 

Mungkin ada pertanyaan dari pembaca, kenapa awak tidak segera keluar dari kapal selam untuk menyelamatkan diri berenang hingga ke permukaan. Kan mereka pasti terlatih untuk menyelam di kedalaman laut.

Tidak semudah itu wahai Rodolfo, kemampuan manusia menyelam tanpa bantuan oksigen secara teknis hanyalah hingga kedalaman 250 meter. Kasus KRI Nanggala yang diperkirakan tenggelam di Palung Perairan Bali di kedalaman 850 meter tentu akan sangat mustahil untuk berenang ke permukaan. 

Disisi lain setahu saya, suasana bawah laut di kedalaman 800 meter sangatlah gelap karena tidak tembus sinar matahari. Ada resiko lain ketika ada awak kapal yang sengaja membuka pintu kapal selam yang tengah berada di bawah laut maka secara otomatis kapal akan langsung dipenuhi air hanya hitungan detik. 

Selain itu tekanan air di kedalaman air sangatlah besar. Gendang telinga bisa pecah dan organ dalam tubuh akan langsung mengalami kerusakan karena tidak mampu menahan tekanan di dalam air secara tiba-tiba. 

Contoh sederhana ketika kita naik pesawat terbang. Ketika pesawat mulai menaikan ketinggian seringkali kuping kita mengalami rasa sakit dan mendengung. Ini karena ada perubahan tekanan udara secara tiba-tiba. Kondisi ini pula yang akan dialami oleh mereka yang berada di bawah laut. 

2. Biota Laut yang Mengancam keselamatan

Permasalahan ini dapat mengancam bagi mereka yang melakukan scuba diving atau penyelamatan untuk tujuan komersil seperti mencari kerang mutiara. 

Layaknya hewan buas di daratan, bawah laut juga dipenuhi berbagai hewan atau biota laut yang dapat mengancam keselamatan. Banyak kasus dimana penyelam diserang oleh hiu, paus, ubur-ubur, gurita raksasa, ikan pari, ataupun ular laut. Jika hewan ini merasa terancam maka biasanya akan menyerang penyelam. Jika terserang hewan ini dan tidak segera diselamatkan maka akan bisa berakibat fatal. 

Selain itu air laut juga bisa mengandung bakteri dan parasit yang berbahaya bagi tubuh si penyelam. Contoh terjangkitnya infeksi Naegleria fowleri atau lebih dikenal dengan amuba pemakan otak. Infeksi ini sangat berbahaya karena menyerang otak manusia dan dapat menyebabkan kematian bagi si korban yang terlambat mendapat pertolongan. 

Air laut juga dapat mengandung bakteri Leptospira yang berasal dari urine hewan. Ketika penyelam tidak sengaja menelan air laut yang mengandung bakteri ini bisa menimbulkan gejala seperti demam tinggi, mata merah, sakit kepala, meriang, diare, muntah-muntah, nyeri otot dan sakit perut, serta munculnya ruam (sumber klik disini). 

3. Ancaman Tipografi Bawah Laut

Seperti yang saya infokan sebelumnya bahwa semakin dalam bawah laut maka suasana akan terasa sangat gelap. Bawah laut juga memiliki tipografi sendiri seperti ada tebing palung ataupun gunung bawah laut. 

Aktivitas yang dilakukan menggunakan kapal selam seperti untuk proses militer atau penelitian perlu memahami tipografi bawah laut. Jangan sampai minimnya penerangan bawah laut justru menyebabkan tabrakan antara kapal selam dengan tebing Palung atau gunung bawah laut. 

Situasi ini akan sangat berbahaya karena berpotensi menyebabkan keretakan pada kapal dan yang berbahaya jika terciptakan ledakan akibat tabrakan tersebut. Kondisi ini tentu akan mengancam keselamatan awak kapal. 

Meski keretakan kapal berukuran kecil mengingat tekanan bawah laut sangat besar maka peluang kebocoran akan menjadi besar. Hal yang paling menakutkan jika kapal mengalami ledakan di bawah laut atau terbelah karena terbentur benda keras, peluang selamat akan sangat kecil.

Inilah alasan mengapa segala aktivitas bawah laut harus dilakukan oleh orang yang profesional dan terlatih. Apabila terjadi sesuatu di bawah laut, diharapkan mereka mampu segera tanggap untuk memperbaiki dan mencari solusi terhadap suatu kejadian. 

Saya sendiri pun menganggap segala misi penyelaman bawah laut memiliki resiko yang tinggi. Harapannya tidak ada lagi kejadian seperti yang dialami KRI Nanggala kedepannya. Meski kita sadar bahwa nyawa sudah ditakdirkan oleh Sang Pencipta namun kita harus tetap berusaha meningkatkan keselamatan diri terhadap segala kemungkinan yang terjadi di bawah laut. 

Saya ikut prihatin terhadap kejadian KRI Nanggala dan turut berduka cita terhadap para korban. Tugas mulia para awak kapal akan selalu dikenang oleh masyarakat Indonesia dan dunia. 

#PrayForKRINanggala402

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun