Permasalahan ini dapat mengancam bagi mereka yang melakukan scuba diving atau penyelamatan untuk tujuan komersil seperti mencari kerang mutiara.Â
Layaknya hewan buas di daratan, bawah laut juga dipenuhi berbagai hewan atau biota laut yang dapat mengancam keselamatan. Banyak kasus dimana penyelam diserang oleh hiu, paus, ubur-ubur, gurita raksasa, ikan pari, ataupun ular laut. Jika hewan ini merasa terancam maka biasanya akan menyerang penyelam. Jika terserang hewan ini dan tidak segera diselamatkan maka akan bisa berakibat fatal.Â
Selain itu air laut juga bisa mengandung bakteri dan parasit yang berbahaya bagi tubuh si penyelam. Contoh terjangkitnya infeksi Naegleria fowleri atau lebih dikenal dengan amuba pemakan otak. Infeksi ini sangat berbahaya karena menyerang otak manusia dan dapat menyebabkan kematian bagi si korban yang terlambat mendapat pertolongan.Â
Air laut juga dapat mengandung bakteri Leptospira yang berasal dari urine hewan. Ketika penyelam tidak sengaja menelan air laut yang mengandung bakteri ini bisa menimbulkan gejala seperti demam tinggi, mata merah, sakit kepala, meriang, diare, muntah-muntah, nyeri otot dan sakit perut, serta munculnya ruam (sumber klik disini).Â
3. Ancaman Tipografi Bawah Laut
Seperti yang saya infokan sebelumnya bahwa semakin dalam bawah laut maka suasana akan terasa sangat gelap. Bawah laut juga memiliki tipografi sendiri seperti ada tebing palung ataupun gunung bawah laut.Â
Aktivitas yang dilakukan menggunakan kapal selam seperti untuk proses militer atau penelitian perlu memahami tipografi bawah laut. Jangan sampai minimnya penerangan bawah laut justru menyebabkan tabrakan antara kapal selam dengan tebing Palung atau gunung bawah laut.Â
Situasi ini akan sangat berbahaya karena berpotensi menyebabkan keretakan pada kapal dan yang berbahaya jika terciptakan ledakan akibat tabrakan tersebut. Kondisi ini tentu akan mengancam keselamatan awak kapal.Â
Meski keretakan kapal berukuran kecil mengingat tekanan bawah laut sangat besar maka peluang kebocoran akan menjadi besar. Hal yang paling menakutkan jika kapal mengalami ledakan di bawah laut atau terbelah karena terbentur benda keras, peluang selamat akan sangat kecil.
Inilah alasan mengapa segala aktivitas bawah laut harus dilakukan oleh orang yang profesional dan terlatih. Apabila terjadi sesuatu di bawah laut, diharapkan mereka mampu segera tanggap untuk memperbaiki dan mencari solusi terhadap suatu kejadian.Â
Saya sendiri pun menganggap segala misi penyelaman bawah laut memiliki resiko yang tinggi. Harapannya tidak ada lagi kejadian seperti yang dialami KRI Nanggala kedepannya. Meski kita sadar bahwa nyawa sudah ditakdirkan oleh Sang Pencipta namun kita harus tetap berusaha meningkatkan keselamatan diri terhadap segala kemungkinan yang terjadi di bawah laut.Â