Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

3 Alasan Misi Bawah Laut Sangat Berbahaya

25 April 2021   22:32 Diperbarui: 26 April 2021   00:02 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi Subsunk tentu menjadi momok yang menakutkan bagi dunia militer karena kapal selam tidak memiliki daya angkat untuk terapung ke permukaan. Ini semakin diperparah jika titik koordinat kapal selam tidak diketahui seperti yang sempat terjadi pada KRI Nanggala 402.

Informasi yang beredar jika kapal selam berstatus Subsunk maka awak kapal hanya berharap agar kapal tidak mengalami kebocoran, ketersediaan oksigen masih terpenuhi hingga proses penyelamatan serta berpacu dengan waktu untuk proses penyelamatan. 

Menguntip dari berita online, berat kapal selam khususnya Nanggala 402 sebesar 1.395 ton dengan dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter (sumber klik disini). Artinya ketika tenggelam ke dasar lautan tanpa ada daya energi untuk mengambang atau terapung maka otomatis membutuhkan bantuan kapal lainnya untuk mengangkat kapal selam tersebut. 

Padahal tidak semua negara memiliki kapal khusus untuk mengangkut kapal selam yang tenggelam. Tidak heran dibutuhkan bantuan dari negara lain yang memiliki kapasitas ini untuk membantu. Ironisnya kita tengah berpacu dengan waktu karena ketersediaan oksigen dalam kapal selam sangat terbatas. 

Seandainya kapal khusus yang mampu mengangkat kapal selam yang tenggelam hanya dimiliki oleh negara maju seperti Amerika Serikat atau Rusia yang jaraknya untuk ke Indonesia membutuhkan waktu berhari-hari. Bisa dipastikan proses penyelamatan akan berakhir nihil atau tanpa hasil. 

Mungkin ada pertanyaan dari pembaca, kenapa awak tidak segera keluar dari kapal selam untuk menyelamatkan diri berenang hingga ke permukaan. Kan mereka pasti terlatih untuk menyelam di kedalaman laut.

Tidak semudah itu wahai Rodolfo, kemampuan manusia menyelam tanpa bantuan oksigen secara teknis hanyalah hingga kedalaman 250 meter. Kasus KRI Nanggala yang diperkirakan tenggelam di Palung Perairan Bali di kedalaman 850 meter tentu akan sangat mustahil untuk berenang ke permukaan. 

Disisi lain setahu saya, suasana bawah laut di kedalaman 800 meter sangatlah gelap karena tidak tembus sinar matahari. Ada resiko lain ketika ada awak kapal yang sengaja membuka pintu kapal selam yang tengah berada di bawah laut maka secara otomatis kapal akan langsung dipenuhi air hanya hitungan detik. 

Selain itu tekanan air di kedalaman air sangatlah besar. Gendang telinga bisa pecah dan organ dalam tubuh akan langsung mengalami kerusakan karena tidak mampu menahan tekanan di dalam air secara tiba-tiba. 

Contoh sederhana ketika kita naik pesawat terbang. Ketika pesawat mulai menaikan ketinggian seringkali kuping kita mengalami rasa sakit dan mendengung. Ini karena ada perubahan tekanan udara secara tiba-tiba. Kondisi ini pula yang akan dialami oleh mereka yang berada di bawah laut. 

2. Biota Laut yang Mengancam keselamatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun