Di kampus negeri tentu tidak ada tindakan senioritas justru saya punya kenalan dan berteman baik dengan para senior di kampus. Hal yang belum tentu bisa saya rasakan jika diterima di sekolah kedinasan.Â
Kegagalan Kedua
Setelah lulus kuliah, muncul kembali harapan untuk mencoba seleksi kerja di BUMN. Info yang banyak berkembang, kerja di BUMN itu prestisius, gaji tinggi dan fasilitas kerja yang bagus. Beberapa orang di keluarga besar ada yang kerja di BUMN dan tampak hidupnya sejahtera.Â
Saya pun akhirnya mencoba mendaftar di Airnav dan PLN. Ketatnya persaingan membuat saya terdepak dari seleksi 2 BUMN tersebut.Â
Di Airnav saya gagal di tes Focus Group Disccusion (FGD), sedangkan PLN saya gagal di kesehatan tahap kedua.Â
Gagal di PLN yang paling membuat saya terpuruk kembali. Bayangkan tes PLN itu ada banyak tahapan dan seleksinya dilakukan di luar kota.Â
Saya nyaris seminggu sekali harus ikut tes seleksi. Tes awal masih berlokasi di Jogja, tes kesehatan 1 dan 2 dilakukan di Purwokerto, Jawa Tengah.Â
Saya berangkat dari Denpasar ke Purwokerto untuk mengikuti tes seleksi dengan naik Bus Antar Kota. Ini butuh perjuangan karena dulu saya masih mabuk darat. Naik bus 2 hari 1 malam sungguh berat bagi saya yang masih mabuk kendaraan.Â
Nyatanya saya gagal di 2 tes terakhir. Sangat sedih rasanya saat itu. Namun saya ingat kembali pada prinsip yang dulu saya pernah terapkan. Ketika gagal, buatkan 2 rencana lain untuk bisa bangkit.Â
Akhirnya rencana baru pun saya buat. Rencana pertama saya mencoba daftar di instansi pemerintahan dan rencana kedua mendaftar di perusahaan swasta.Â
Rencana saya pun berhasil bahkan saya diterima di salah satu dinas pemerintahan sebagai tenaga kontrak dan diterika di perusahaan swasta di Jakarta.Â