Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Pantaskah Minta "Harga Teman" kepada Usaha Kenalan?

13 Maret 2021   07:23 Diperbarui: 14 Maret 2021   10:30 1893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dukung usaha teman tanpa meminta "harga teman"| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Bro, gw mampir ke warung lo ya. Tapi ntar kasih harga teman ya! 

Eh gw pesan ini dong di tempat lo. Jangan mahal-mahal, kan kita teman! 

Pernahkah kita berucap hal seperti ini kepada teman yang memiliki usaha atau jasa? 

Umumnya "harga teman" disini berupa potongan diskon spesial ketika kita memesan sesuatu di usaha teman/kenalan. Bahkan ada hal ekstrim dimana ada kasus dimana harga teman ini mengarah untuk minta gratis atau diberikan harga dibawah pasaran. 

Jujur saya pernah diminta oleh rekan kerja yang keluarganya punya usaha rumah makan. Dirinya menawarkan kalo saya dan teman-teman kerja ada waktu luang. Mampir untuk mencoba menu masakan di rumah makannya. Saya pun iseng bilang, tapi kasih diskon ya? Dirinya menggangguk. 

Alhasil ketika saya dan beberapa teman menyempatkan waktu makan di warung makannya. Saya diberikan potongan harga oleh keluarganya. Ada rasa senang karena setidaknya kami bisa menghemat sekian puluh ribu rupiah. 

Suatu ketika saya membaca sebuah postingan terkait etiskah meminta harga teman? Seketika hal ini menjadi tamparan bagi saya. 

Ilustrasi Minta Harga Teman. Sumber Situs Vice
Ilustrasi Minta Harga Teman. Sumber Situs Vice

Saya mencoba merenung untuk menjawab hal tersebut. Semenjak saat itu saya berusaha menekan hasrat meminta harga teman kepada usaha atau jasa yang ditawarkan oleh teman. Kenapa? 

Ketika kita baru merintis usaha tentu menarik konsumen di awal membutuhkan usaha ekstra dan promosi besar-besaran. Ironisnya tidak semua pemilik usaha memiliki budget khusus untuk melakukan promosi. Harapan satu-satunya adalah mempromosikan kepada teman, kerabat maupun sahabat untuk menjadi konsumen di awal usaha. 

Misalkan saya membuka usaha Angkringan di malam hari. Saya akan mencoba memposting usaha ini di sosial media dan mungkin menawarkan kepada teman atau kerabat, "ayo mampir dong ke angkringan saya. Baru opening nih".

Artinya saya mengharapkan ada konsumen yang mau mencoba produk/jasa yang saya sediakan. Harapannya ada pemasukan yang akan didapat meski berasal dari teman atau kerabat yang berkunjung. 

Bisa jadi usaha yang dirintis berasal dari pinjaman bank atau tabungan pribadi. Kita tahu bahwa merintis suatu usaha pasti membutuhkan modal yang besar seperti perizinan, sewa tempat, beli peralatan penunjang, beli bahan baku, bayar gaji karyawan, dekorasi tempat, dan biaya operasional sehari-hari. 

Jika saya sebagai pemilik usaha pasti berharap pemasukan yang didapat bisa untuk menutupi pengeluaran tersebut. Nyatanya tidak semua usaha berjalan mulus di awal. 

Ada banyak usaha ketika melakukan opening ternyata belum berjalan sesuai ekspetasi. Konsumen masih hitungan jari, orderan sedikit dan karyawan lebih banyak santai dibandingkan melayani konsumen. Padahal biaya operasional tetap berjalan. 

Ketika teman atau kerabat datang sebagai konsumen perdana. Saya pasti akan senang dan berharap ada pemasukan dari mereka. Namun muncul pernyataan, minta harga teman ya bro. 

Pasti ada rasa menghela nafas sejenak. Ketika diberikan ternyata muncul komentar, Yaelah bro. Masa diskonnya segini? Atau bro gw dah jauh-jauh ke sini masa gak ada bonus sesuatu? 

Pernyataan ini terkesan sederhana namun bisa jadi menimbulkan rasa sedih bagi si pemilik. Rasa bahagia karena sudah dikunjungi teman atau kerabat berubah jadi kesal. 

Bisa jadi diskon yang diminta di bawah harga pada umumnya. Yang ada dalam hati si pemilik, ingin dapat untung malah buntung. 

Postingan Anji Terkait Permintaan Harga Teman. Sumber Instagram @duniamanji
Postingan Anji Terkait Permintaan Harga Teman. Sumber Instagram @duniamanji

Saya teringat sebuah postingan dari penyanyi Anji. Dirinya memposting bahwa ada seorang kenalan yang minta dibuatkan lagu namun mengatakan harga yang diberikan terlalu mahal dan minta harga teman. 

Saya sependapat dengan Anji bahwa cara pikir seperti ini justru membuat si pemilik usaha (dalam kasus ini pencipta lagu) hidup melarat karena karyanya dianggap murah. 

Renungan bagi saya adalah ketika kita ingin mensupport usaha teman/kerabat maka lakukanlah dengan ikhlas. Artinya datangi usahanya, beri ucapan selamat dan penyemangat, pesan produk/jasa yang ditawarkan dan bayarlah sesuai yang diberikan. 

Mungkin kita menyadari harga yang diberikan lebih mahal daripada umumnya. Namun selagi kita masih mampu bayar maka berusahalah untuk tidak minta harga teman karena menurut saya ini cara bijak. 

Setidaknya ini akan menjadi support yang sangat berharga bagi teman. Ingatlah membangun usaha di awal sangatlah berat, alangkah baiknya kita sedikit meringankan si teman dengan menjadi pembeli yang loyal dan ikhlas. 

Tapi kan orang Indonesia suka kalau dapat diskonan? 

Ya benar, sangat lumrah ketika berusaha mendapatkan sesuatu dengan harga yang murah. Namun kita juga bisa menempatkan diri. Misalkan kita iseng minta diskon kepada teman. 

Ketika teman sudah memberikan harga spesial atau diskon janganlah seakan melakukan "pemalakan" Dengan bilang, kok diskon ya cuma segini? Atau kurangin lagi dah harganya! 

Renungan bagi kita, cobalah menempatkan diri kita di posisi si pemilik. Ketika ada orang ngebet minta diskon besar pasti muncul rasa kesal dalam hati. Kondisi inilah yang patut kita pahami dan mencoba peka terhadap situasi.

Daripada terlalu bernafsu minta diskon lebih baik bertanya adakah promo khusus. Bisa jadi si pemilik menyediakan promo khusus yang justru membuat kita bisa berhemat. Cara ini bagi saya lebih beretika dibandingkan menodong meminta diskon. 

Ada kata bijak mengatakan harga pertemanan itu mahal. Ketika kita sadar bahwa pertemanan itu tidak ternilai harganya maka jangan rusak makna tersebut dengan meminta "harga teman". Ini menandakan bahwa kita belum memahami makna sebuah teman. 

Teman yang solid pasti berusaha mensupport sebisa mungkin bahkan dengan cara yang tidak terduga. Misalkan memborong usaha si teman yang punya usaha atau mengajak teman-teman yang lain untuk membeli produk atau menggunakan jasa agar cepat laris.

Di satu sisi si pemilik usaha umumnya paham bahwa ketika teman datang untuk mensupport usahanya. Ada niat untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan tentu memberikan harga spesial dan bonus tanpa kita minta. Kondisi ini tentu menciptakan rasa saling menghargai. 

Saya pernah mengalami sendiri ketika teman kerja tengah panen mangga hasil kebunnya di status sosial media. Saya pun tertarik membeli sekaligus membantu usahanya biar makin laris. 

Saya pesan sesuai kebutuhan. Namun saat diantarkan, pesanan saya ditambahkan 2 kilo. Katanya ini bonus buat saya. Wuah ini rezeki yang datang tanpa perlu diminta.

Berawal dari postingan tentang etiskah meminta harga teman membuat saya bisa berpikir lebih bijak. Setiap pelaku usaha pasti mengharapkan untung namun jangan sampai karena niat meminta harga teman justru membuat dirinya buntung. 

Bantulah usaha teman dengan ikhlas seandainya diberikan harga spesial anggap saja sebagai rejeki. Setidaknya kita sudah menjadi teman baik dengan ikut mendukung kelancaran usaha teman dengan menjadi konsumen di usahanya. 

Adakah pengalaman tersendiri dari sahabat Kompasiana yang pernah diminta harga teman atau bahkan tidak pernah minta harga teman? Mungkin bisa sharing di kolom komentar. 

Semoga bermanfaat. 

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun