Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tanyakan pada Diri 5 Hal Ini Sebelum Mengajukan Resign

10 Maret 2021   10:02 Diperbarui: 10 Maret 2021   11:10 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita perlu mempertanyakan juga apakah mental sudah siap beradaptasi dengan lingkungan baru jika resign dan bekerja di perusahaan baru. Adaptasi yang perlu diperhatikan seperti lingkungan kerja, kenyamanan dengan rekan kerja dan tentu saja dengan tugas baru. Bisa jadi di perusahaan baru justru memiliki atmosfir kerja yang tidak sehat. Rekan kerja rese dan tidak bisa bekerja sama, terlalu individu dan tugas yang diberikan ternyata diluar kebiasaan yang kita kerjakan di perusahaan sebelumnya. Mau tidak mau kita harus beradaptasi secara cepat untuk menyesuaikan kondisi tersebut.

Ini akan menjadi masalah besar jika kita memiliki rasa introvert dan pemalu. Beradaptasi dengan lingkungan baru tentu bukan suatu hal yang menyenangkan. Berkenalan dengan orang baru, rasa sungkan terlalu tinggi ketika meminta bantuan jika menghadapi kesulitan tugas kerja atau beradptasi dengan aturan perusahaan yang berbeda dengan kebiasaan kita. Andaikata mental kita belum siap menghadapi kondisi seperti ini mungkin bertahan di perusahaan saat ini bukanlah suatu pilihan buruk.

5. Jika Perusahaan Memberikan fasilitas dan Tunjangan Lebih Apakah Tetap Resign? 

Seringkali seorang karyawan mengajukan resign hanya bersifat gertak sambal artinya sebagai upaya persuasif agar perusahaan bersedia memenuhi hal-hal yang membuat diinginkan jika perusahaan menginginkan dirinya untuk tidak resign. Biasanya berupa permintaan gaji, fasilitas atau tunjangan kerja. Kondisi seperti ini menjadikan alasan resign bersifat labil karena bisa berubah setiap waktu. 

Bisa jadi ketika saat ini mengajukan resign kepada atasan namun atasan membujuk si karyawan untuk tidak usah resign dengan iming-iming kenaikan gaji. Akhirnya si karyawan menerima tawaran tersebut dan membatalkan pengajuan resign. Jika motif resign hanya ingin melakukan gertak sambal maka si karyawan harus siap menghadapi 2 kondisi yaitu permintaannya terpenuhi atau pengajuan resignnya disetujui oleh atasan.

Jika permintaan dipenuhi oleh manajemen ini bisa menjadi rejeki dan berkah tersendiri bagi diri si karyawan. Artinya perusahaan tidak menginginkan karyawan potensialnya resign dan pindah ke perusahaan lain. Namun jika ternyata pengajuannya resign disetujui oleh atasan maka rasanya membatalkan pengajuan akan terkesan konyol. 

***

Itulah 5 hal mendasar yang bisa dijadikan acuan dan pertanyaan diri sebelum mengajukan resign. Apakah alasan resign yang diajukan sudah bulat karena prinsip yang kuat atau sekedar rasa emosi sesaat. Jangan sampai pengajuan resign berujung pada penyesalan. Sebaiknya dipikirkan kembali, jika memang sudah mampu menjawab 5 pertanyaan ini dengan matang maka pengajuan resign bisa kita lakukan segera karena kita sudah memiliki prinsip yang kuat dan sudah memiliki arahan jelas kemana akan berpijak setelah resign dari perusahaan.

Semoga bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun