Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tanyakan pada Diri 5 Hal Ini Sebelum Mengajukan Resign

10 Maret 2021   10:02 Diperbarui: 10 Maret 2021   11:10 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Karyawan Tengah Galau Di Tempat Kerja. Sumber IDN Times

Resign adalah hal lumrah terjadi dalam dunia kerja. Banyak alasan yang mendasari pengajuan resign ini seperti tidak nyaman dengan suasana kerja, bos terlalu galak, gaji kecil, kerjaan terlalu banyak dan sebagainya. 

Saya pun pernah resign dari sebuah pekerjaan. Saat tahun 2009 saya mengajukan resign sebagai sales counter di salah satu toko handphone yang cukup besar di Denpasar, Bali. Alasan resign karena melanjutkan studi di salah satu kampus di Malang, Jawa Timur sehingga mau tidak mau harus resign dan pindah ke Pulau Jawa. 

Banyak teman kerja menyayangkan kenapa saya harus resign mengingat suasana kerja sudah nyaman dan performa kinerja saya dianggap baik di perusahaan tersebut. Nyatanya ini adalah pilihan yang harus saya ambil karena tidak mungkin kerja di Bali namun juga kuliah di Jawa Timur secara bersamaan. Serta tahun tersebut adalah tahun terakhir saya mendaftar di kampus negeri karena ada batasan tahun kelulusan dan usia. 

Jika pengajuan resign saya dianggap memiliki alasan kuat namun ironisnya di luar sana sangat banyak karyawan yang ragu apakah mengajukan resign atau memilih bertahan di perusahaan. Ibarat mereka ada di persimpangan jalan dan bingung memilih jalur kanan atau kiri. 

Apabila Kompasianer kini berada di posisi tersebut dan tengah galau apakah keputusan resign sudah tepat atau belum atau bertahan di perusahaan di tengah pandemi dianggap sebagai putusan yang baik meski mengorbanan rasa tidak nyaman di perusahaan maka ada beberapa pertanyaan yang dapat membantu untuk mengukur kemantapan hati untuk resign atau bertahan. 

Pertanyaan ini muncul karena ada kasus beberapa teman saya mengalami kondisi ini dan hasil saya bertanya kepada rekan kerja mengapa dirinya pernah resign di perusahaan sebelumnya. Ada 5 pertanyaan yang bisa di tanyakan pada diri sendiri terkait keputusan resign apakah tepat atau tidak. 

1. Kenapa Harus Resign? 

Ini adalah pertanyaan dasar yang harus kita ketahui kenapa harus mengajukan resign. Pasti ada alasan khusus sehingga memunculkan niat untuk resign dari kerjaan sekarang. 

Kita harus mencari tahu alasan mendasar mengapa muncul keinginan tersebut dengan bertanya pada diri sendiri terkait keputusan tersebut. Seperti yang saya infokan sebelumnya ada berbagai alasan yang kerapkali dijadikan kedok karyawan untuk mengajukan resign seperti gaji di tempat saat ini kecil, tugas tidak sejalan dengan passion, atasan terlalu galak, rekan kerja menyebalkan dan sebagainya.

Untuk menjawab pertanyaan ini saran saya siapkan kertas dan tulis apa saja yang membuat kita tidak nyaman di tempat kerja sekarang dan apa sisi positif yang kita dapatkan di perusahaan saat ini. Kita coba buat skala prioritas dan menimbang sisi mana yang paling berat. Cara ini selalu saya anjurkan kepada rekan kerja yang berniat mengajukan resign agar jangan sampai keputusan yang diambil bersifat emosi sesaat yang berakibat penyesalan.

Contoh sederhana, kita menuliskan bahwa alasan resign karena atasan terlalu galak. Sedikit-sedikit marah pada kita seakan kerjaan kita tidak dihargai. Kemudian kita menuliskan sisi positif antara lain rekan kerja sangat baik dan sering memberikan support, gaji yang diberikan termasuk lumayan, upah lembur tinggi dan kerja hanya Senin sampai Jumat sehingga weekend bisa berkumpul dengan keluarga.

Ketika kita sudah menuliskan dua pertimbangan berbeda, maka kita dapat mengukur mana sisi yang lebih berat. Saya merasa bertahan di perusahaan saat ini bukanlah pilihan buruk. Kita dapat mengintrospeksi diri mengapa atasan selalu hobi marah ke kita. 

Mungkin saya ada permasalahan dalam diri yang membuat bos cepat emosian seperti kerjaan kita banyak kesalahan, terlalu lelet ketika bekerja, atau tugas yang diberikan tidak diselesaikan secara ontime. 

Bisa jadi ketika kita berusaha introspeksi diri dan merubah hal-hal yang kurang berkenan bagi bos justru kedepannya atasan akan semakin melunak dan menghargai kerjaan kita. Ingat juga belum tentu di tempat baru, atasan kita memiliki sifat ramah. Bisa jadi justru lebih galak dan mengerikan dari atasan saat ini.

Kasus lain terjadi pada teman saya. Dirinya sudah memiliki pertimbangan sendiri apakah tetap resign atau bertahan di perusahaan. Kerja di perusahaan Migas, dirinya mendapatkan gaji dan tunjangan dalam jumlah fantastis, kerja di perusahaan prestis, mendapatkan kesempatan pengembangan diri dan suasana kerja yang nyaman. 

Di sisi lain muncul permasalahan lain dimana kerja di Migas menuntut dirinya harus bekerja di pulau terpencil yang jaraknya jauh dari tempat asal, jarang bisa kumpul bersama keluarga dan harus kuat mental karena aktivitas yang bisa dilakukan terbatas karena tidak ada mall, bioskop, restoran atau sarana hiburan lainnya seperti yang didapat di kehidupan kota.

Setelah melakukan pertimbangan yang matang, teman saya tetap memilih mengajukan resign karena baginya keluarga jauh lebih penting dibandingkan gaji dan fasilitas yang didapat. Ini karena dirinya memiliki istri dan anak yang butuh penjagaan dan kebersamaan. 

Dirinya tidak ragu jika harus pindah kerja di perusahaan baru dengan fasilitas dan gaji yang lebih kecil asalkan lokasi kerja tidak jauh dari rumah sehingga bisa tetap berkumpul dengan keluarga setiap saat. Ini yang dinamakan memiliki prinsip hidup. Kondisi ini sama seperti yang saya alami dulu mengajukan resign karena harus melanjutkan kuliah. 

Bagi saya melanjutkan kuliah adalah mimpi yang tertunda dan merupakan investasi kehidupan. Dengan pendidikan yang tinggi akan membuka kesempatan saya bekerja di perusahaan dan posisi yang lebih baik.

2. Sudahkah Ada Pegangan Hidup Setelah Resign

Pertanyaan kedua ini wajib juga kita tanyakan pada diri sudah adakah pegangan hidup jika kita tetap mengajukan resign. Pegangan hidup ini dapat berupa tabungan untuk bertahan hidup selama mengganggur atau kerjaan baru yang siap menampung kita setelah resign. Sangat banyak karyawan yang menyesal setelah mengajukan resign karena gagal mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan ini. Biasanya penyesalan muncul dari karyawan yang mengajukan resign karena emosi sesaat. Ada suatu hal yang tidak membuatnya nyaman sehingga langsung mengajukan resign tanpa ada persiapan matang setelahnya.

Ketika dirimu merasa tidak memiliki tabungan yang cukup untuk bertahan hidup ketika resign maka ini akan menjadi masalah baru. Ingatlah ketika resign artinya tidak ada lagi pendapatan rutin yang masuk dalam rekening tabungan namun kebutuhan hidup harus tetap dipenuhi seperti makan, bayar kos/kontrakan, membiayai adik serta orang tua, dan sebagainya. Sebaiknya pertimbangan kembali untuk mengajukan resign atau setidaknya menunda dulu untuk resign.

Karyawan yang berpikir matang akan berusaha mendapatkan kerjaan baru sebelum mengajukan resign. Artinya ketika dirinya resign maka sudah ada perusahaan lain yang siap mempekerjakan. Tujuannya agar pemasukan tidak terputus dan dapur di rumah tetap bisa mengepul dengan baik. Ini terjadi pada teman saya yang bekerja sebagai Manager QC. Dirinya mengajukan resign akhir tahun lalu karena harus pindah ke kota lain yang merupakan kampung halamannya. 

Namun sebelum mengajukan resign, dirinya mengkontak teman yang ada di kota tersebut dan menanyakan apakah tersedia lowongan pekerjaan disana. Ternyata ada posisi yang pas untuk teman saya ini sehingga keputusan resign pada akhir tahun menjadi tepat karena ketika dirinya pindah ke kampung halamannya sudah ada pekerjaan pasti yang dapat dilakukan.

3. Seberapa Yakin di tempat baru akan ada perubahan? 

Ketika alasan resign berupa tidak nyaman dengan rekan kerja atau capek dengan kerjaan maka kita perlu memikirkan kembali apakah ketika mengajukan resign dan mendapatkan kerjaan di tempat baru. Masalah seperti ini akan langsung hilang?

Ada seorang admin yang membantu saya saat di Bogor. Saya mengakui kinerjanya sangat rapih dan cekatan sehingga tugas yang diberikan selalu diselesaikan dengan baik. Bahkan saya pernah melakukan penyesuaian gaji karena suka dengan kinerjanya. Namun ketika saya dimutasi ke Surabaya, admin saya ini mengeluh karena tugas nya semakin banyak dan merasa tidak cocok bekerja dengan salah satu teman di kantor. Dirinya bercerita ingin resign dan pindah ke perusahaan lain mengingat ada tawaran untuk di posisi yang sama serta dekat rumah. Alhasil dirinya sempat berpamitan dengan saya saat resign meskipun saya sudah di kota yang berbeda.

Beberapa bulan kemudian, mantan admin saya ini curhat bahwa menyesal mengajukan resign. Justru kerjaan di tempat yang baru lebih banyak dan gaji yang diberikan tidak sesuai dengan yang diinformasikan atau dalam hal ini lebih kecil dari perusahaan sebelumnya. 

Ketika saya dimutasi balik ke Bogor, admin saya mengutarakan bahwa ingin balik lagi ke perusahaan sebelumnya apalagi saya sudah pindah balik ke Bogor. Saya tawarkan lagi dirinya untuk melamar ulang namun dirinya sungkan karena pasti akan canggung resign karena mendapat kerjaan baru namun melamar ulang di perusahaan sebelumnya karena ternyata masih lebih enak di perusahaan sebelumnya.

Kita harus mencari detail informasi terkait tempat kerjaan dan tugas yang diberikan di perusahaan baru. Jangan sampai harapan yang sempat muncul bahwa di perusahaan baru akan lebih nyaman justru terasa sebaliknya. Tentu ini akan menjadi penyesalan seperti yang terjadi pada kasus mantan admin saya. 

Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan bertanya ke karyawan yang bekerja di perusahaan baru apakah turn over karyawan di perusahaan tersebut tinggi atau tidak. Jika tinggi maka pertimbangkan lagi untuk pindah karena bisa jadi dirimu juga tidak betah disana mengingat turn over tinggi pasti ada sesuatu yang membuat karyawan silih berganti resign untuk posisi yang sama.

4. Sudah siapkah Beradaptasi Dengan Lingkungan Baru? 

Kita perlu mempertanyakan juga apakah mental sudah siap beradaptasi dengan lingkungan baru jika resign dan bekerja di perusahaan baru. Adaptasi yang perlu diperhatikan seperti lingkungan kerja, kenyamanan dengan rekan kerja dan tentu saja dengan tugas baru. Bisa jadi di perusahaan baru justru memiliki atmosfir kerja yang tidak sehat. Rekan kerja rese dan tidak bisa bekerja sama, terlalu individu dan tugas yang diberikan ternyata diluar kebiasaan yang kita kerjakan di perusahaan sebelumnya. Mau tidak mau kita harus beradaptasi secara cepat untuk menyesuaikan kondisi tersebut.

Ini akan menjadi masalah besar jika kita memiliki rasa introvert dan pemalu. Beradaptasi dengan lingkungan baru tentu bukan suatu hal yang menyenangkan. Berkenalan dengan orang baru, rasa sungkan terlalu tinggi ketika meminta bantuan jika menghadapi kesulitan tugas kerja atau beradptasi dengan aturan perusahaan yang berbeda dengan kebiasaan kita. Andaikata mental kita belum siap menghadapi kondisi seperti ini mungkin bertahan di perusahaan saat ini bukanlah suatu pilihan buruk.

5. Jika Perusahaan Memberikan fasilitas dan Tunjangan Lebih Apakah Tetap Resign? 

Seringkali seorang karyawan mengajukan resign hanya bersifat gertak sambal artinya sebagai upaya persuasif agar perusahaan bersedia memenuhi hal-hal yang membuat diinginkan jika perusahaan menginginkan dirinya untuk tidak resign. Biasanya berupa permintaan gaji, fasilitas atau tunjangan kerja. Kondisi seperti ini menjadikan alasan resign bersifat labil karena bisa berubah setiap waktu. 

Bisa jadi ketika saat ini mengajukan resign kepada atasan namun atasan membujuk si karyawan untuk tidak usah resign dengan iming-iming kenaikan gaji. Akhirnya si karyawan menerima tawaran tersebut dan membatalkan pengajuan resign. Jika motif resign hanya ingin melakukan gertak sambal maka si karyawan harus siap menghadapi 2 kondisi yaitu permintaannya terpenuhi atau pengajuan resignnya disetujui oleh atasan.

Jika permintaan dipenuhi oleh manajemen ini bisa menjadi rejeki dan berkah tersendiri bagi diri si karyawan. Artinya perusahaan tidak menginginkan karyawan potensialnya resign dan pindah ke perusahaan lain. Namun jika ternyata pengajuannya resign disetujui oleh atasan maka rasanya membatalkan pengajuan akan terkesan konyol. 

***

Itulah 5 hal mendasar yang bisa dijadikan acuan dan pertanyaan diri sebelum mengajukan resign. Apakah alasan resign yang diajukan sudah bulat karena prinsip yang kuat atau sekedar rasa emosi sesaat. Jangan sampai pengajuan resign berujung pada penyesalan. Sebaiknya dipikirkan kembali, jika memang sudah mampu menjawab 5 pertanyaan ini dengan matang maka pengajuan resign bisa kita lakukan segera karena kita sudah memiliki prinsip yang kuat dan sudah memiliki arahan jelas kemana akan berpijak setelah resign dari perusahaan.

Semoga bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun