Misalkan si kandidat menuliskan pengalaman kerja sebagai founder suatu start up. Ketika saya menemukan kandidat dengan CV pengalaman kerja seperti ini, maka akan muncul beberapa pertanyaan di benak saya.
"Jika selama ini menjadi founder di sebuah start up. Mengapa mendaftar di perusahaan ini untuk posisi X?"
"Bagaimana kamu menyesuaikan diri jika diterima di perusahaan mengingat sebagai founder pasti terbiasa bekerja mengatur team bukan diatur dalam sebuah team? "
Pertanyaan ini akan terkesan menjebak si kandidat. Butuh jawaban yang memukau dan bijak untuk menjelaskan pertanyaan dari interviewer.Â
Ini karena pasti ada sebuah alasan mendasar mengapa dirinya yang sudah memiliki posisi penting justru melamar di suatu perusahaan.
Kandidat yang melakukan bluffing CV akan kewalahan dalam menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Jawaban yang terkesan dibuat-buat akan mudah terbaca saat proses interview.
Keempat, Bluffing CV dapat Merusak Citra Kandidat
Ketika seorang kandidat melakukan bluffing CV dan terbaca oleh selektor maka ini akan meninggalkan citra buruk bagi si pelamar. Mengapa?
Selektor akan memberikan catatan kecil pada CV si pelamar. Dia akan menuliskan penilaian dirinya terhadap si kandidat.
Contoh sederhana, selektor menuliskan catatan, si kandidat tidak memiliki potensi sesuai dengan CV. Atau kroscek ulang ke perusahaan kandidat yang lama terkait kebenaran data.
Apabila memang dinyatakan kebohongan. Selain kandidat tidak akan diterima juga akan memberikan kesan buruk bagi si kandidat. Seandainya ada posisi lowongan lain di perusahaan tersebut dan si kandidat kembali melamar.Â