User pun tidak jauh berbeda, mereka sudah terbiasa bertemu dengan kandidat untuk menyeleksi. Mereka akan jadikan pengalaman saat menyeleksi kandidat sebagai upaya menentukan mana yang pantas diterima atau tidak.
Kedua, Selektor Terbiasa Mengkroscek CV
HRD dan user pastinya akan melakukan kroscek apa yang ditulis pelamar di CV dengan kemampuan asli melalui proses interview. Akan sangat terlihat mana kandidat yang menyampaikan secara jujur ataupun tidak.
Hal yang paling mudah melihat kejujuran si kandidat adalah dari gesture bicara, cara penyampaian dan cara pembawaan si kandidat.
Misalkan si kandidat menulis memiliki pengalaman sebagai supervisor di perusahaan besar dengan pengalaman yang cukup lama. Ketika selektor melakukan kroscek, apa tugas kerja yang selama ini dilakukan.Â
Si kandidat memberikan jawaban dengan bola mata bergerak ke kanan dan kiri yang menandakan keraguan dan ketidakbenaran informasi. Atau si kandidat menyampaikan pengalaman dengan terbata-terbata dan terkesan malu-malu.
Selektor pasti akan meragukan apa yang ditulis di CV karena bila benar memiliki pengalaman sebagai supervisor di perusahaan besar maka pasti jiwa leadership sudah terbentuk, terbiasa berbicara dengan banyak orang khususnya anak buah dan memiliki visi yang kuat.Â
Ketika selektor sudah memiliki keraguan terhadap penyampaian dengan apa yang ditulis di CV maka itu akan menjadi pertanda buruk bagi si kandidat.
Ketiga, Bluffing CV Justru Membuat Rasa Penasaran Selektor
Hal yang patut dipahami adalah selektor pun adalah manusia biasa yang juga memiliki rasa penasaran yang tinggi. Ini pun terjadi pada saya saat menyeleksi kandidat untuk mengisi pos tertentu yang dibutuhkan.
Semakin menarik CV yang dibuat maka akan membuat rasa penasaran yang tinggi bagi si selektor. Siapkan diri untuk pertanyaan yang tidak terduga dari si selektor.