Oooo, pada tahap ini menjadi momen paling mendebarkan bagi si kandidat. Ini karena untuk di kantor saya, jika kandidat dianggap layak pada interview user, maka kandidat tersebut bisa dinyatakan lolos seleksi dan bisa untuk tanda tangan kontrak kerja.
Ironisnya, pada tahap ini pula interviewer akan melakukan penilaian dan pembanding, mana kandidat terbaik dari CV namun juga pembawaan diri saat proses seleksi. Tidak jarang akan ditemukan kandidat yang "kurang" sesuai dengan apa yang mereka tulis di CV dengan kenyataan selama interview.
Tidak salah memang ketika kita berusaha menulis sebaik mungkin pengalaman diri ataupun pencapaian dalam CV. Ini karena hal pertama yang dilihat oleh HRD atau selektor untuk menyeleksi kandidat adalah melalui CV yang ditulis. Nyatanya cara ini tergolong berhasil, buktinya mereka bisa dipanggil dan mengikuti tahap seleksi.
Namun bluffing CV akan menjadi bumerang bagi kandidat di saat proses interview, baik yang dilakukan oleh HRD ataupun user, kenapa?
Berikut beberapa alasan kenapa bluffing CV berlebihan justru menjadi bumerang bahkan mengancam tidak diterimanya si kandidat dalam proses seleksi.
Pertama, Selektor adalah Orang Berpengalaman
Hal yang patut disadari bahwa HRD atau user di suatu perusahaan pasti diisi oleh orang yang berpengalaman baik, dari sisi bidang kerjaan maupun pengalaman dalam menyeleksi orang.Â
Seorang HRD yang sudah berpuluh-puluh tahun bekerja di suatu perusahaan tentu saja sudah menyeleksi ribuan atau jutaan CV yang masuk.Â
Di sini mereka sudah terbiasa menemukan CV yang dituliskan sangat memukau namun nyatanya berbeda dengan kenyataan.
Ingatlah HRD umumnya lulusan psikologi yang belajar banyak tentang kemampuan melihat potensi dan kemampuan kandidat.Â
Mereka akan langsung paham mana kandidat yang menulis apa adanya dengan yang dibuat-buat. Ini karena hasil psikotes dan wawancara sangat susah untuk ditipu.