Kasus bullying di lingkungan sekolah bukanlah hal baru di dunia pendidikan. Kita pun mungkin pernah mengalami hal tersebut seperti semasa kecil teman memanggil kita dengan nama orang tua, atau memanggil kita dengan sebutan diluar nama kita seperti si gendut, si kurus, si botak, si jangkung dan sebagainya.Â
Kasus pemberian nama seperti ini memang masih wajar mengingat seringkali sebutan yang diberikan oleh teman justru menjadi identitas yang membuat akrab satu dengan lainnya.
Hal yang mengkhawatirkan jika kasus bullying sudah berhubungan bentrokan fisik, hinaan atau tindakan yang mempengaruhi mental si korban. Contohnya seorang anak dikepung dan dikeroyok oleh teman sekelasnya, anak dijahili secara terus menerus oleh temannya atau adanya pemberian sebutan "anak miskin" yang tentu bermaksud merendahkan anak tersebut.Â
Kondisi-kondisi seperti inilah yang bisa mengganggu kesehatan mental sehingga anak menjadi depresi, marah, ataupun kecewa. Pada kasus tertentu, anak yang tidak kuat mental terhadap kasus bullying yang menimpa dirinya tentu melakukan hal tidak terduga.
Ingatkah kita pada kasus seorang siswi SMP Negeri 147 Ciracas yang nekat bunuh diri dari lantai tiga sekolahnya karena diduga mengalami depresi dan kecewa dengan perbuatan teman-temannya. Kasus ini memang menyita perhatian publik hingga memunculkan #RIPNadila di linimasa twitter dan sosial media lainnya (Berita selengkapnya klik disini).
Kasus lainnya juga pernah terjadi di tanah air dimana seorang remaja di Polewali Mandar, Sulawesi Barat nekat menganiaya teman hingga tewas karena kesal sering dibully (Berita selengkapnya klik disini). Remaja tersebut kesal karena sering mengalami perundungan dari si korban sehingga berniat membalas perbuatan si korban dimana akhirnya si korban tewas dianiaya pelaku. Kasus bullying lainnya dapat diklik disini.
Kedua kasus ini memiliki satu permasalahan yang sama yaitu bullying mempengaruhi kesehatan mental anak. Ada anak yang bisa mengatasi masalah bullying yang dihadapi karena ulah teman-teman, ada yang memendam, ada yang melawan namun ada juga yang berakhir pilu dengan bunuh diri.
Tidak ada data pasti terkait jumlah kasus bullying yang menimpa anak usia sekolah di Indonesia namun berkaca pada pengalaman kita selama dulu sekolah. Kasus bullying sngat sering terjadi baik secara sadar atau tidak kita sadari.
Kenapa banyak kasus Bullying di Sekolah?
Berkaca pada pengalaman dan beberapa sumber yang saya baca. Tingginya kasus bullying di sekolah karena mereka berinteraksi dengan teman seumuran. Oleh karena itu mereka tidak memiliki batasan khusus tentang cara berperilaku dengan teman sebaya. Ini berbeda jika mereka berinteraksi dengan orang lebih tua maka mereka lebih senggan dan menjaga etika.Â