Ada pula Calon Mertua yang akan menilai calon menantu dari pemahaman dari sisi agama. Harapannya dengan latar pendidikan dan pemahaman ilmu agama yang tinggi dapat mengarahkan keluarganya ke arah lebih baik dan tentu saja menjadi keluarga cerdas.
Bagi sebagian masyarakat Jawa, filosofi Bibit, Bebet dan Bobot masih kental diterapkan dalam menentukan jodoh bagi putra-putrinya. Tidak sedikit pasangan yang terganjal restu orang tua karena ada salah satu indikator yang tidak terpenuhi. Misalkan calon menantu memiliki paras ganteng, ilmu agama cukup baik namun karena dirinya berasal dari keluarga sederhana sehingga ditolak oleh sang Mertua.
Ada pula yang ganteng, kaya namun suka main perempuan tentu akan jadi penilaian tersendiri untuk Calon Mertua menerima si calon menantu tersebut.
Bagi saya justru ada 1 indikator penilaian lain yang jauh lebih penting dalam menentukan pasangan yaitu behaviour atau perilaku. Saya justru menempatkan behaviour diatas bibit, bebet dan bobot. Mengapa?
Tidak semua orang yang ganteng, kaya dan memiliki gelar pendidikan tinggi memiliki behaviour yang baik untuk membangun rumah tangga kelak. Menurut saya ada cara khusus untuk menilai apakah calon menantu memiliki behaviour yang baik dan pantas bersanding dengan anaknya kelak.
Apa saja itu?
1. Behaviour terhadap Tuhan (Amalan Agama)
Seringkali orang tua terkecoh dalam hal ini. Banyak sekali orang tua masih menilai jika seseorang lulusan pondok pesantren, yayasan agama, paham kitab suci sudah dianggap sebagai calon menantu idaman. Nyatanya tidak semua dari hal tersebut menjamin orang tersebut mengamalkan ajaran agama dengan baik. Bisa jadi mereka paham secara teori tapi tidak dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Kita bisa melihat di sekitar kita ada kasus seperti orang yang dinilai sosok teladan dalam urusan agama nyatanya suka main perempuan, istri sirih banyak dan bahkan terjerat kasus narkoba. Perilaku seperti ini tentu akan menyakitkan bagi hati si istrinya kelak. Nyatanya penilaian Bobot hanya melihat dari sisi kulit luarnya saja dengan melihat perilaku mereka di kehidupan sehari-hari.
Hal sederhana yang bisa kita pantau adalah bagaimana dirinya mengamalkan ajaran agama. Mungkin selama ini kita melihat sosok tersebut kurang releigius karena jarang ke tempat ibadah namun justru dalam kegiatan sehari-hari dirinya berusaha mengamalkan ajaran agama dengan baik.
Dirinya pantang menyakiti orang lain apalagi perempuan, takut untuk berbohong, menghindari judi dan maksiat dan sebagainya. Justru dengan melihat karakter seseorang lebih dalam khususnya dalam mengamalkan ajaran agama akan lebih menjamin bahwa orang tersebut pantas untuk dijadikan pasangan.