3. Timbul Kecemburuan Sosial di Lingkungan Kerja
Sudah bukan rahasia umum bila ada seseorang diterima kerja karena referensi orang maka ada saja rekan kerja yang mempermasalahkan hal tersebut atau menjadi bahan omongan kantor.
Omongan yang muncul seperti si A kan di terima gara-gara dia saudara atau teman si pak manager. Bahkan saat saya baru direkrut pun ada beberapa orang rekan kantor bertanya, diterima atas referensi siapa?
Awalnya saya kaget karena kebetulan saya diterima memang melalui proses seleksi melalui Jobfair serta tidak ada kenalan satupun di kantor. Ternyata selidik punya selidik diketahui sebelumnya ada beberapa karyawan yang masuk atas referensi seseorang di kantor.
Ketika kita memberikan referensi suatu posisi kepada kerabat atau teman kita maka kita harus menyiapkan mental menjadi bahan perbincangan rekan kantor.
Apabila performa yang diberikan oleh orang yang direferensikan baik umumnya bahan perbincangan juga kearah positif namun jika orang yang direferensikan ternyata diluar ekspetasi maka bersiaplah akan menjadi topik perbincangan rekan kantor yang lebih banyak menggunjing daripada memuji.
4. Orang yang Direferensikan Menyepelakan Kerjaan
Ini juga pernah saya alami. Saat itu saya membuka cabang perusahaan di salah satu kota. Mengingat saat itu membutuhkan SDM mulai dari kepala cabang, staff hingga pengiriman.
Saya menginfokan lowongan tersebut ke junior saya saat kuliah dulu. Alhasil dia diterima untuk mengisi posisi admin. Namun yang membuat saya kecewa justru junior saya ini menyepelekan kerjaan.
Baru beberapa hari mengikuti masa training, dirinya sduash tidak masuk dengan alasan yang klise yaitu sedang pulang kampung dan kendaraan dipakai keluarga.
Saya ingat saat itu saya marah besar karena masih masa training tapi terkesan menyepelekan kerjaan. Saya bandingkan dulu saat merantau ke Jakarta, saya berangkat kerja menggunakan transportasi umum karena sadar saya butuh kerjaan dan bersyukur sudah diterima di salah satu perusahaan.