Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Alasan Khusus Sebaiknya Hindari Mempekerjakan Teman dan Keluarga

8 Januari 2021   11:16 Diperbarui: 9 Januari 2021   05:55 2935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Lingkungan Kerja. Sumber lifeselfcoaching.com

Tanpa kita sadari manusia memang memiliki sifat sosial yang berusaha membantu orang lain yang sedang kesusahaan atau tertimpa musibah. Hal inipun terjadi di lingkup dunia kerja.

Ketika salah seorang berada di posisi top decision maker baik di sebuah perusahaan atau usaha pribadi ada kecenderungan untuk mereferensikan orang yang dikenal baik itu teman atau keluarga untuk bekerja di lingkup yang sama.

Ada beberapa alasan seseorang melakukan hal tersebut seperti kasihan orang yang kita kenal belum memiliki pekerjaan, lebih percaya pada orang yang kita kenal untuk menempati posisi tertentu atau sekedar untuk kepentingan pribadi. Hal ini sudah lumrah terjadi baik di sektor swasta hingga pemerintahan.

Bahkan muncul istilah nepotisme dimana dianggap sebagai tindakan untuk mengutamakan hubungan saudara atau pertemanan untuk mendapatkan posisi tertentu dibandingkan kemampuannya.

Di sekitar lingkungan saya pun banyak terjadi hal seperti ini. Ada manager yang merekrut banyak karyawan yang berasal dari daerah yang sama, memiliki hubungan saudara atau pertemanan hingga ada yang berusaha untuk melanggengkan kekuasaanya.

Sebenarnya tidak salah jika orang yang direkrut memiliki kapabilitas dan kecakapan kerja sesuai yang dibutuhkan namun akan menjadi musibah jika orang yang direkrut ternyata tidak sesuai bahkan dapat menimbulkan masalah baru dalam dunia kerja.

Secara jujur saya pernah beberapa kali mereferensikan teman untuk mendaftar sebuah posisi lowongan pekerjaan di perusahaan saya. Niat saya hanya untuk membantu karena ada teman yang membutuhkan pekerjaan dan saya melihat teman saya memenuhi persyaratan yang dibutuhkan.

Namun beberapa orang referensi saya justru menunjukkan performa yang tidak sesuai ekspetasi saya.

Ada penyesalan dalam diri saya dan sejak saat itu semakin berhati-hati memberikan referensi lowongan pekerjaan kepada orang lain. Berdasarkan pengalaman saya, ada beberapa alasan khusus sebaiknya menghindari mempekerjakan teman dan keluarga di lingkungan kerja kita.

1. Tingginya Beban Tanggung Jawab Moral

Ketika kita mereferensikan seseorang untuk menempati suatu posisi maka ada ekspetasi lebih yang diminta oleh manajemen perusahaan. Harapnnya orang yang kita referensikan bisa menunjukkan performa bagus atau sebaik yang kita capai selama ini.

Tingginya beban tanggung jawab moral inilah yang harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum memberikan referensi lowongan kerja kepada kerabat/teman kita.

Pastikan memang orang yang kita referensikan memiliki kemampuan, daya tahan, serta riwayat pekerjaan yang baik. Ini akan menjadi penilaian tersendiri jikalau dirinya diterima bekerja karena referensi kita. Jangan sampai hal ini menjadi bumerang pada kita kelak.

Saya ingat ada teman saya yang mereferensikan seorang temannya untuk menempati posisi tertentu. Ternyata teman yang direkrut tidak menunjukkan performa yang baik. Manajemen pun mempertanyakan kenapa dirinya bisa direkrut ternyata setelah dikonfirmasi ke HRD ternyata referensi si X . 

Apabila terjadi hal seperti ini tentu kita menjadi malu sendiri karena sudah mereferensikan orang yang kurang tepat sehingga manajemen bisa meragukan referensi orang yang kita berikan untuk mendaftar di perusahaan dikemudian hari.

2. Berpotensi menjadi Bumerang bagi si Pereferensi

Ini pernah saya alami. Saya mereferensikan suatu posisi kepada seseorang yang meminta pekerjaan. Saya melihat ada keterampilan yang dibutuhkan pada diri orang tersebut.

Akhirnya kenalan saya mendapatkan posisi tersebut dari referensi saya. Niat awal agar membantu orang tersebut namun ternyata menjadi bumerang bagi saya. 

Performa awal memang menunjukkan hasil yang bagus terbukti target kerjaan yang diminta dapat terpenuhi. Bahkan atasan pun mengakui performa kerja referensi saya sehingga mendapatkan kenaikan jabatan.

Namun ternyata adanya kenaikan jabatan tersebut justru membuat dirinya khilaf dimana dirinya menggunakan uang setoran customer untuk kepentingan pribadi.

Manajemen pun memutus kontrak secara sepihak. Jujur saya agak malu karena orang di kantor mengetahui bahwa dirinya masuk ke perusahaan atas referensi saya. Meskipun hal tersebut diluar perkiraaan saya namun tentu tetap menjadi catatan tersendiri bagi saya.

3. Timbul Kecemburuan Sosial di Lingkungan Kerja

Sudah bukan rahasia umum bila ada seseorang diterima kerja karena referensi orang maka ada saja rekan kerja yang mempermasalahkan hal tersebut atau menjadi bahan omongan kantor.

Omongan yang muncul seperti si A kan di terima gara-gara dia saudara atau teman si pak manager. Bahkan saat saya baru direkrut pun ada beberapa orang rekan kantor bertanya, diterima atas referensi siapa?

Awalnya saya kaget karena kebetulan saya diterima memang melalui proses seleksi melalui Jobfair serta tidak ada kenalan satupun di kantor. Ternyata selidik punya selidik diketahui sebelumnya ada beberapa karyawan yang masuk atas referensi seseorang di kantor.

Ketika kita memberikan referensi suatu posisi kepada kerabat atau teman kita maka kita harus menyiapkan mental menjadi bahan perbincangan rekan kantor.

Apabila performa yang diberikan oleh orang yang direferensikan baik umumnya bahan perbincangan juga kearah positif namun jika orang yang direferensikan ternyata diluar ekspetasi maka bersiaplah akan menjadi topik perbincangan rekan kantor yang lebih banyak menggunjing daripada memuji.

4. Orang yang Direferensikan Menyepelakan Kerjaan

Ini juga pernah saya alami. Saat itu saya membuka cabang perusahaan di salah satu kota. Mengingat saat itu membutuhkan SDM mulai dari kepala cabang, staff hingga pengiriman.

Saya menginfokan lowongan tersebut ke junior saya saat kuliah dulu. Alhasil dia diterima untuk mengisi posisi admin. Namun yang membuat saya kecewa justru junior saya ini menyepelekan kerjaan.

Baru beberapa hari mengikuti masa training, dirinya sduash tidak masuk dengan alasan yang klise yaitu sedang pulang kampung dan kendaraan dipakai keluarga.

Saya ingat saat itu saya marah besar karena masih masa training tapi terkesan menyepelekan kerjaan. Saya bandingkan dulu saat merantau ke Jakarta, saya berangkat kerja menggunakan transportasi umum karena sadar saya butuh kerjaan dan bersyukur sudah diterima di salah satu perusahaan.

Pengalaman ini begitu berharga bagi saya karena memang saya menyadari banyak orang yang diterima karena referensi justru menyepelakan kerjaan. Apalagi bila si pemberi referensi adalah orang yang memiliki pengaruh di perusahaan.

Saya menilai selalu ada orang yang diberikan referensi menganggap dirinya spesial karena memiliki kerabat atau kenalan yang memegang posisi penting di perusahaan.

Mereka mulai bertingkah semaunya seperti datang telat, kerjaan tidak beres, sibuk dengan aktivitas sendiri dan sebagainya. Ini juga saya temukan di perusahaan dan memang cukup menjengkelkan bila bertemu orang seperti ini.

5. Kerentanan Konflik Kerja dan Pribadi

Ini merupakan salah satu hal yang paling ditakuti mengingat kita tidak pernah tahu kondisi hubungan kita dengan seseorang dikemudian hari. Bisa saja terjadi perselisihan yang membuat hubungan yang menjadi renggang. Kekhawatiran ini bisa menjadi hal yang tidak sehat dalam dunia kerja.

Akan ada rasa tidak enak menegur atau memberi peringatan kepada teman/kerabat yang kerja di perusahaan yang dianggap melakukan tindakan yang salah. Kekhawatiran bahwa teguran atau peringatan tersebut dapat mempengaruhi pertemanan atau persaudaraan yang terjalin selama ini.

Di sisi lain ada hal ekstrem yang mungkin terjadi dimana ketika muncul perselisihan, mengungkit hutang budi bisa saja terjadi seperti mempermasalahkan jasa telah mereferensikan orang tersebut atau jasa lainnya yang akhirnya membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman.

Itulah beberapa alasan perlu mempertimbangkan kembali jika ingin memberikan referensi atau pekerjaan kepada teman atau kerabat. Sah saja kita berniat membantu dan percaya pada orang sekitar kita namun bila dianggap masih ragu sebaiknya perlu mempertimbangkan 5 hal diatas. Jangan sampai niat awal ingin membantu kesusahaan orang lain justru menjadi penyesalan dikemudian hari. Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun