----------------------------- 0 ------------------------------------------
Sore itu tiba-tiba hujan mengguyur kembali. Kali ini hujan terasa turun lebih deras dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Petir menyambar beriringan, menyalakan cahaya terang bersama suara dentuman yang keras di langit. Angin bertiup sangat kuat seolah-olah sedang marah. Rumah gubug Kakek terasa  ikut bergetar karena kerasnya angin yang bertiup.
Suasana begitu mencekam, langit gelap oleh mendung. Semakin gelap karena tidak ada penerangan di rumah gubuk Kakek. Kakek merasa takut dan khawatir karena air sungai kian meninggi.
"Air Bah mendekat. Air Bah mendekat", tiba-tiba suara Punai terdengar sangat keras
Kakek yang semula di dalam rumah kemudian keluar karena mendengar suara si Punai
"Ada apa?" tanya si kakek
"Air banjir sedang mendekat. Aku melihatnya saat tadi terbang disekitar gunung disana" kata si Punai sambil menunjuk gunung yang terletak tidak jauh dari rumah Kakek
"Kakek segeralah menyingkir dari rumahmu. Air bah akan segera merusak rumahmu" kata si Beringin
"Aku harus kemana, tubuhku tidak cukup kuat untuk pergi jauh", ujar si kakek sedih
"Naiklah ke dahanku. Aku akan menjagamu dari terjangan air bah" ujar si Beringin
"Masuklah ke rumah. Ambillah sebagian pakaian dan barang yang bisa dibawa agar tidak ikut terhanyut oleh banjir" tambah si Beringin