Bagi para pencari kerja atau jobseeker pasti memiliki harapan untuk sesegera mungkin mendapatkan pekerjaan. Banyak cara yang dilakukan dengan meminta lowongan informasi dari keluarga, kerabat atau teman; membuka situs perusahaan; membuka situs pencari kerja; hingga mengikuti kegiatan Job Fair yang banyak diadakan oleh banyak instansi/lembaga.
Saya pun selepas lulus kuliah cukup rajin menghadiri Job Fair bahkan pernah harus keluar kota untuk mengikuti Job Fair. Keuntungan mengikuti Job fair adalah tersedianya lowongan pekerjaan dari berbagai perusahaan.Â
Bahkan tidak sedikit perusahaan bonafit dan ternama juga ikut membuka stand untuk penerimaan lowongan melalui Job Fair. Umumnya sektor perbankan, jasa keuangan, retail, industri, hingga distributor suatu produk rutin membuka lowongan pekerjaan melalui Job Fair.
Saya pun mendapatkan pekerjaan saat ini juga melalui Job Fair yang secara rutin diadakan oleh salah satu lembaga di UGM. Bahkan ketika ada Job Fair seperti ini, jumlah peserta pelamar bisa mencapai ribuan.Â
Tidak heran ketika ada Job Fair yang diadakan di suatu daerah, banyak pelamar lokal maupun luar kota yang rela hadir hanya untuk mencari pekerjaan.
Ironisnya tidak semua event Job Fair dilakukan secara profesional dan nyata. Masih ada oknum yang memanfaatkan kegiatan ini untuk sekadar mencari keuntungan atau bahkan melakukan kegiatan kejahatan.Â
Ketika kita datang ke acara Job Fair, sudah pasti berkas lamaran telah disiapkan. Umumnya pelamar akan membawa banyak surat lamaran dan berkas diri untuk diberikan kepada perusahaan yang membuka lamaran.Â
Ini karena Job Fair pasti dihadiri banyak perusahaan dengan menawarkan banyak lowongan menarik sehingga sangat disayangkan bila hanya membawa berkas seadanya.Â
Sebisa mungkin kita akan mendaftar banyak lowongan untuk meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan.
Jobseeker tidak sadar bahwa berkas dan data diri yang disiapkan untuk melamar pekerjaan adalah informasi penting karena rata-rata pelamar akan menyertakan fotocopy KTP, SIM, no telepon, alamat, email hingga personal lainnya.Â
Umumnya jobseeker akan menganggap tidak ada yang perlu dikhawatirkan toh hanya berupa berkas. Justru data diri si pelamar jika dipegang oleh oknum nakal akan menjadi suatu informasi yang bernilai. Inilah yang perlu diwaspadai.
Perusahaan saya pernah menjadi korban dari penipuan oknum melalui kegiatan Job Fair abal-abal. Diketahui beberapa tahun lalu ada banyak pelamar yang datang ke perusahaan ingin mengikuti tes seleksi kerja.Â
Pihak HRD kaget karena tidak pernah merasa membuka lowongan pekerjaan. Diketahui bahwa ada oknum nakal yang memberikan informasi lowongan pekerjaan fiktif di acara Job Fair.Â
Oknum nakal ini bahkan berhasil menarik keuntungan dengan meminta peserta membayar sejumlah uang dengan dijanjikan lolos ke tahap berikutnya dan berhak untuk tes seleksi di kantor. Alhasil banyak pelamar yang tertarik karena iming-iming pekerjaan dan fasilitas yang didapat jika diterima.
Siapa yang dirugikan? Tentu saja jobseeker dan perusahaan yang digunakan oleh oknum nakal tersebut. Jobseeker sudah mengeluarkan banyak uang, waktu, dan tenaga justru dibohongi oleh oknum nakal.Â
Bagi perusahaan, ini jelas mencemarkan nama baik perusahaan karena mencatut nama perusahaan untuk aksi penipuan.
Saya dan sepupu saya pun pernah nyaris menjadi korban penipuan. Sepupu saya pernah melamar pekerjaan melalui situs pencari kerja dan Job Fair. Mengingat terlalu banyak lamaran yang dikirim.Â
Tiba-tiba sepupu saya mendapatkan email undangan seleksi dari salah satu BUMN. Saya pun juga pernah mendapatkan hal serupa. Kenapa saya sedikit curiga, ada informasi yang ganjil dari pengumuman tersebut.Â
Alasan saya curiga ada oknum nakal di Job Fair karena saat itu saya baru lulus dan baru pertama kali ikut Job Fair. Namun beberapa hari kemudian mendapatkan email yang saya curigai penipuan.Â
Analisis Pihak Penyelenggara Job Fair
Jobseeker harus cerdas mencari tahu siapa penyelenggara Job Fair dan bagaimana kredibilitas perusahaan yang tercantum sebagai peserta tenant. Saya biasanya lebih memilih Job Fair yang diadakan oleh pihak kampus ataupun pemerintah daerah.Â
Ini karena mereka sudah memiliki tim khusus untuk bekerja sama dengan perusahaan/instansi yang ingin membuka lowongan serta melakukan verifikasi terhadap perusahaan tersebut.Â
Rata-rata Job Fair yang diselenggarakan oleh kampus atau instansi pemerintah diadakan 1-2 kali per tahun. Sangat jarang diadakan hingga lebih dari 2 kali setahun mengingat Job Fair yang profesional seperti ini membutuhkan perencanaan matang dari panitia, proses penjaringan perusahaan yang ingin bergabung hingga ingin menjadikan Job Fair sebagai event yang dinanti oleh para jobseeker.
Ketika kita menemukan acara Job Fair dimana penyelenggara seakan hampir beberapa bulan sekali mengadakan event ini maka jobseeker perlu menaruh rasa curiga.Â
Ingat mayoritas Job Fair menerapkan tiket masuk sekitar Rp10.000--Rp30.000 per peserta. Setiap event Job Fair pasti menarik minat banyak jobseeker sehingga oknum nakal menjadikan event ini untuk mencari keuntungan pribadi.Â
Berdasarkan pengalaman saya, sebaiknya jobseeker menghadiri Job Fair yang diadakan oleh pihak kampus atau pemerintah daerah, karena umumnya di bursa kerja tersebut jumlah job seeker akan membludak dan perusahaan yang membuka tenant pun dari perusahaan ternama.Â
Perusahaan ternama biasanya akan mengambil spot strategis seperti di bagian depan pintu masuk karena pasti jobseeker akan langsung mencari tenant terdekat dari pintu masuk.Â
Patut diketahui bahwa perusahaan pun umumnya membayar jika ingin menjadi peserta tenant sehingga mereka akan mempersiapkan konsep dan alur penerimaan sendiri untuk menarik minat jobseeker.
Perhatikan Tenant Perusahaan Penyedia Lowongan
Job Fair terpercaya biasanya diikuti oleh perusahaan yang sudah dikenal publik atau setidaknya memiliki situs perusahaan yang mudah diakses. Bisa saja perusahaan yang saat ini menjadi peserta tenant Job Fair tahun depan tidak membuka stand kembali karena mempertimbangkan posisi lowongan yang dibutuhkan serta budget perusahaan.Â
Ketika tidak ada lowongan yang perlu diinfokan maka perusahaan tidak tertarik untuk ikut sebagai peserta tenant. Selain itu seperti yang saya infokan bahwa perusahaan pun membayar jika menjadi peserta tenant dan ada biaya lain jika ingin mendekorasi tenant yang sudah disiapkan oleh panitia.
Jika jobseeker menemukan Job Fair yang diadakan oleh suatu penyelenggara dan seakan perusahaan yang mendaftar itu-itu saja. Perlu juga untuk dicurigai. Oknum nakal cenderung tidak ingin ribet.Â
Oknum nakal akan menjual nama-nama perusahaan yang diminati oleh peserta seperti perbankan, industri, hingga retail modern dan selalu menempatkan perusahaan tersebut di setiap Job Fair yang diselenggarakan.
Perhatikan juga apakah tenant perusahaan dijaga oleh pihak perusahaan langsung atau tidak. Job Fair terpercaya yang diikuti oleh perusahaan yang memang menjadi peserta pasti akan melibatkan perwakilan perusahaan di tenant.Â
Mereka akan menggunakan kostum perusahaan dan name tag perusahaan untuk identitas. Job Fair abal-abal pasti akan kesulitan untuk mendatangkan perwakilan perusahaan mengingat perusahaan tidak ada kerja sama.
Job Fair abal-abal akan menyiasati dengan menggunakan panitia ataupun pihak lain sebagai penerima lowongan. Bagi jobseeker yang sudah memiliki pengalaman di berbagai kegiatan Job Fair pasti akan langsung paham perbedaan mendasar.Â
Intinya Job Fair terpercaya pasti perusahaan ikut terlibat selama proses event namun Job Fair abal-abal seakan dibuat seadanya dan penerima lamaran bukan dari perusahaan.
Perhatikan dari Lowongan yang Dibuka
Job Fair abal-abal bisa jadi bukan dari sisi penyelenggara namun justru ke tenant. Ada memang penyelenggara Job Fair dari riil namun justru oknum nakal berasal dari penyedia lowongan. Ini seperti kasus yang menimpa perusahaan saya beberapa waktu lalu.Â
Ketika jobseeker menemukan tenant yang membuka lowongan pekerjaan dari jenjang TK-S2 dengan menginformasikan banyak posisi maka patut dicurigai. Ingat perusahaan riil yang ikut dalam Job Fair pasti hanya membuka lowongan untuk posisi tertentu dengan standar kualifikasi yang sudah ditentukan.Â
Contoh Perbankan membuka lowongan untuk posisi: MT/ODP ataupun Teller. Persyaratannya pun jelas kualifikasi pendidikan, umur, dan masa pengalaman kerja.
Saya pernah mendaftar di tenant perusahaan yang membuka lowongan posisi General Affair, HRD, MT, dan Business Consultant yang diperuntukkan untuk lulusan SD-S2. Saya sebenarnya sudah curiga tapi ingin tahu saja seperti apa sistem kerjanya.Â
Ternyata berkas saya dianggap lulus dan diminta ikut seleksi kerja. Saya baru paham ternyata posisi yang ditawarkan tersebut fiktif karena ujung-ujungnya pelamar akan diarahkan sebagai marketing trader yang mencari prospekan.Â
Tidak heran karena yang saya daftar adalah perusahaan futures/berjangka yang bergerak di bidang pialang.Â
Rasa kecewa saya karena posisi yang ditawarkan ternyata hanya kedok agar banyak pelamar yang tertarik sebagai marketing trader. Sedikit informasi perusahaan yang saya lamar tersebut tidak memberikan gaji pokok seperti yang diumumkan di poster melainkan insentif jika pelamar berhasil mendapatkan prospekan.Â
Artinya semakin bagus jika dapat merekrut banyak orang toh mereka tidak digaji melainkan mendapatkan insentif dari hasil prospekan. Setidaknya pengalaman ini bisa dijadikan pengalaman untuk disharingkan kepada orang lain.
Tetap Waspada Jika Ada Pungutan Biaya atau Pembelian Fasilitas Akomodasi
Kasus yang menimpa sepupu termasuk saya juga pernah menerima email proses seleksi dari BUMN dengan syarat melakukan pemesanan tiket travel dan pesawat di agen tour yang ditunjuk dengan iming-iming akan ada penggantian saat hari seleksi.Â
Beruntungnya saya tipe orang yang selalu waspada jika mendapatkan sesuatu yang mencurigakan.Â
Hampir seluruh perusahaan yang saya lamar ketika ada proses seleksi segala biaya seleksi ditanggung oleh peserta (tanpa ada penggantian dari perusahaan), selain itu ketika kita dinyatakan seleksi kerja dan diminta membeli fasilitas akomodasi dari salah satu pihak juga patut dicurigai.
Saya pernah seleksi BUMN di Jakarta dan Jogja. Ketika saya dinyatakan lolos tes seleksi berikutnya, instansi hanya menginfokan jadwal tes dan lokasi tes.Â
Saat itu saya masih tinggal di Malang harus seleksi ke luar kota maka semua biaya sudah menjadi tanggungan saya pribadi serta saya bebas apakah menggunakan kereta, bus, kendaraan pribadi ataupun pesawat menuju lokasi tes.Â
Intinya saya harus datang sesuai dengan informasi tanpa ditentukan akomodasi apa yang harus saya pakai.
Darimana mereka mengetahui nama, nomor telepon, alamat dan email kita? Ya salah satunya dari data diri yang kita berikan saat Job Fair. Oknum nakal bisa memanfaatkan data diri sebagai informasi penting dalam melakukan kejahatan.Â
Mereka bahkan bisa membuat surat pengumuman perekrutan fiktif mengatasnamakan suatu perusahaan dan memasukan data diri kita sebagai peserta yang berhak mengikuti tahap seleksi untuk meyakinkan pelamar.Â
Antisipasi juga jika ada oknum yang meminta pungutan biaya selama proses seleksi. Seperti kasus di perusahaan saya ternyata ada oknum nakal yang meminta pelamar untuk menyetorkan uang agar lolos seleksi saat mereka melamar di Job Fair abal-abal. Jika jobseeker menemukan kasus ini lebih baik diabaikan saja.
Itulah beberapa hal yang bisa dijadikan pegangan oleh jobseeker saat mengikuti Job Fair. Jangan sampai sudah mengeluarkan uang tiket masuk, dan mempersiapkan berkas ternyata lowongan fiktif. Ataupun data diri kita digunakan oleh oknum nakal yang mengataskan event Job Fair.
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H