Siswa beli sebungkus Cilok, membayar dan mendapatkan kembalian. Uang kembalian entah sudah dipegang oleh berapa orang. Ternyata uang itu ada virus Korona dan terlanjur dipegang siswa.Â
Setelah itu mereka makan Cilok yang sebelumnya dipegang dengan tangan dan masuk ke tubuh melalui mulut. Tidak hanya itu mereka berjabat tangan atau berinteraksi dengan teman atau guru dengan tangan tersebut. Bisa dibayangkan akan ada berapa orang yang tertular karena hal sepele ini.
Guru perlu memastikan bahwa upaya pencegahan tidak hanya fokus pada hal internal namun juga eksternal. Pertanyaannya adalah apakah guru bisa menjamin hal tersebut?
Saya rasa agak susah. Ini karena pada jam istirahat, guru pun punya rutinitas sendiri seperti makan, mengecek tugas siswa, berinteraksi dengan sesama guru, chatingan dan aktivitas pribadi lainnya.Â
Istilah sederhananya adalah jam istirahatku adalah waktuku, jam istirahatmu adalah waktumu. Lakukan segala sesuatu selama itu waktumu.Â
Inilah hal yang perlu diantisipasi selama pemberlakukan kembali aktivitas belajar mengajar. Jangan sampai karena 1 kesalahan dapat menimbulkan masalah dikemudian hari. Kini bisa saja wilayah tersebut masuk Zona Hijau namun ketika cluster baru, perubahan menjadi zona kuning hingga merah pun sangat mungkin terjadi.
Intinya perlu ada komunikasi dan edukasi antara guru kepada siswa maupun penjual Cilok agar bersama menjaga higienitas dan sanitasi agar menghindari penyebaran virus.
Tulisan ini tidak memojokkan salah satu pihak khususnya para penjual Cilok. Hanya sebatas opini dan saran untuk sama-sama mencegah penularan virus di lingkungan pendidikan.
Salam hangat
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H