Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tentang Mimpi Generasi Usia 40an Tahun: Surat Terbuka untuk Presiden Joko Widodo

11 Februari 2022   05:14 Diperbarui: 11 Februari 2022   05:26 1810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terima kasih, Pak Soeharto. Dua kali Parasamnya Purnakarya Nugraha BERHASIL diraih oleh Sumatera Barat. (Istimewa)

Kenapa saya sebut nama Syamsul Hadi PhD, Pak?

Karena dia satu dari generasi 1990an itu. Ia memilih jalan sunyi, kembali ke dunia kampus, sebagaimana juga banyak dari jenderal-jenderal lapangan aktivis 98 lainnya. 

Generasi yang merasa sudah menuntaskan kewajiban politiknya, hanya dengan bergerak di lapangan dalam waktu singkat, lalu kembali ke kehidupan biasa yang apatis dan apolitis, sekalipun mereka adalah dosen, peneliti, bankir, pekerja sosial, bahkan mungkin penulis naskah iklan di perusahaan-perusahaan multinasional.

Saya juga perlu sebut satu nama sahabat lagi, seorang aktivis mahasiswa Semanggi I dan Semanggi II. Dia pemikir ekonomi yang hebat di era mahasiswa.

Namanya Mohammad Nasir yang kuliah di Fakultas Ekonomi UI. Saya bertemu tidak sengaja ketika ia turun dari angkot, sedangkan saya sudah menaiki mobil. Ia terlihat kusam dan kusut. Ternyata Ia bekerja menjadi seorang buruh, tetapi tetap dengan mata menyala.

Apa yang terjadi dengannya?

Jari-jari tangannya ternyata sudah hilang. Jari-jari yang bisa membangun bangsa ini terguyur siraman bensin dan dimakan api, dari bom molotov yang dipegangnya dalam Tragedi Semanggi itu.

Nasir tidak hanya gagal masuk kawasan Segitiga Emas (Kuningan, Thamrin dan Sudirman), sebagaimana cita-cita alumni FEUI lainnya. Nasir yang cacat tangan itu jatuh ke dalam kelompok yang dibelanya dalam setiap diskusi: kaum miskin perkotaan dan kelompok masyarakat marginal.

Dua nama sahabat di dalam tumpukan catatan harian saya sudah cukup menjadi wakil generasi berusia 40-an tahun atau lebih muda. Mereka yang hilang digerus roda perubahan yang sekarang kian sulit dimengerti. Dua orang yang memiliki cita-cita besar akan ketangguhan negeri, kini digantikan oleh parade unjuk kuasa kalangan yang itu-itu saja di atas belantara kebodohan dan kemiskinan. Parade yang tak mengenal santun dan bahkan miskin akan ilmu pengetahuan.

Sekali lagi, warnai kabinet Bapak dengan generasi ini, bukan nama-nama yang Bapak anggap ada lewat printed leaders yang sudah tertinggal jauh di abad lampau itu. Generasi yang usianya tidak terlalu jauh dengan Bapak, masih bisa berkomunikasi dengan gaya guyon.

Saya ingat, Pak, salah satu keberhasilan Gerald Schroeder di Jerman dalam mengubah negaranya adalah dengan memanfaatkan tenaga dan pikiran Flower Power Generation 1969 di negaranya. Mereka bisa duduk semeja, lalu berkata:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun