Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tentang Mimpi Generasi Usia 40an Tahun: Surat Terbuka untuk Presiden Joko Widodo

11 Februari 2022   05:14 Diperbarui: 11 Februari 2022   05:26 1810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terima kasih, Pak Soeharto. Dua kali Parasamnya Purnakarya Nugraha BERHASIL diraih oleh Sumatera Barat. (Istimewa)

Tetapi, sebagai generasi berusia 40-an tahun, mereka ada di mana-mana secara mandiri dan otodidak dalam posisi yang tidak memerlukan uluran tangan orang lain lagi, hanya demi menghidupi keluarga masing-masing.

Mereka ada dalam struktur dan kultur masyarakat itu sendiri dalam pelbagai ragam profesi yang mulai mapan.

Terus terang, banyak nama lama yang terus muncul dan dimunculkan untuk ada di sekitar Bapak, bahkan ketika yang melahirkan konsep Trisakti mereka tumbangkan dengan propaganda gerakan Angkatan 1966.

Mereka ingin terus ada di lapisan atas, membentuk kader-kader biologis dan ideologis, agar terus ada dan berkuasa. Nama-nama yang dulu kami hadapi dalam gerakan 1990-an, terus muncul lagi dengan berbagai dandanan, titel ataupun gelar akademis.

Bagaimana bisa energi murni pembaharuan dan perubahan bisa tumbuh subur, apabila fisik yang menggerakkannya sama dan saling bertolak-belakang?

Pak Joko Widodo (Widodo) yang menjadi penerima mandat rakyat

Kami sudah melihat bagaimana tantangan yang ada di depan Bapak dan kelompok mana saja yang menggerakkan. Baik koalisi ataupun aliansi itu, dengan mudah bisa dibaca lewat perjalanan bangsa ini sejak patahan sejarah Mei 1998, atau malah akar umbi Rezim Orde Baru. 

Konsolidasi yang mereka lakukan sudah sedemikian rupa, sehingga roda sejarah bisa dibalikkan kembali.

Dalam teori transisi menuju konsolidasi demokrasi, tidak sedikit negara yang jatuh lagi ke tangan sekelompok orang yang justru menjadi penikmat rezim otoritarian sebelumnya. Sebutan zaman ini adalah Sengkuni dalam kisah yang lebih lama lagi dalam kitab berabad lampau.

Mari baca kembali buku From Voting to Violence: Democratization and Nationalist Conflict yang ditulis Jack Snyder. Dari buku itu kita tahu, bahasa-bahasa nasionalisme adalah opium yang digerakkan dengan mesin propaganda moderen untuk meraih simpati massa oleh para penikmat rezim masa lalu itu.

Siapa mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun