Dengan biaya mahal demokrasi Indonesia, amat sulit dan jarang sekali sosok-sosok nasional lain berada pada posisi keduanya dalam waktu secepat ini. Pun dibandingkan dengan jam terbang politisi lain yang jauh lebih dikenal.
Fadli Zon dan Fahri Hamzah, dua orang sahabat saya yang lebih lama dibanding bersahabat dengan Anies (sejak tahun 1993), sudah berlayar jauh dalam samudera politik. Tapi siapa yang berani bertaruh tantangan dengan pernyataan saya: ketokohan Fadli - Fahri berada satu level lebih rendah dibanding Anies-Sandi. Energi kinetik dan energi potensial Anies - Sandi pun masih lebih bertenaga dibandingkan dengan Fadli - Fahri yang mulai kesulitan membangun narasi otentik. Apabila Fadli - Fahri tak bertapa sejenak guna mengubah dandanan, isi hingga sasaran dari narasi mereka, putaran arus repetisi bakal menggulung.
***
Singkat cerita, Anies tidak bakal kehilangan pesona sebagai pemimpin hari ini, esok dan nanti. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, dua nama yang pernah mengalami posisi bintang kejora seperti Anies --pun Sandi-- adalah Anas Urbaninggrum dan BTP.Â
Kedua nama itu kita tahu, mengalami situasi jatuah tapai dalam bahasa prokem anak Minang. BTP sudah menapak lembaran baru, walau dalam sejumlah pernyataan sedang tak hendak berbaris berada dalam jejeran pemimpin-pemimpin formal yang sedang kontestasi. Anas, tentu saya mendoakan, semoga berhasil menulis kitab putih politik dalam goa heningnya.
Dalam situasi seperti ini, sosok seperti apa yang cocok menjadi Wagub DKI Jakarta sebagai tandem Anies?Â
Sosok yang tahu bukan matahari, tapi cukup sebagai rembulan. Sosok yang membantu dengan berjalan di belakang, bukan yang hendak sejajar dalam posisi sadar kamera. Sosok yang yang cerdas secara intelektual, sekaligus santun secara emosional. Bisa jadi sosok yang tidak lebih gagah dari sisi fisik, walau bukan berarti tak layak lenggang-lenggok di atas panggung politik Jakarta yang tiba-tiba bisa langsung disorot ratusan lampu.
Saya menyebut sosok tersebut sebagai 11/12 dengan Sandi. Yang mengerti, memahami dan mengenali Jakarta sebaik ia tahu lika-liku sudut rumah dan halaman peninggalan kakek-neneknya. Sosok yang paham macam-macam sendi kehidupan nasional, regional dan internasional. Sosok yang mampu cas cis cus dalam bahasa asing dengan Anies dalam debat-debat yang keras, namun di dalam ruangan tertutup.Â
Rasional, cerdik, atau bisa jadi tak mudah putus asa dalam menggunakan akal pikiran. Si Kancil dalam jejeran buaya-buaya bermulut menganga yang hendak menerkam kehidupan rakyat kecil di Jakarta.
Di luar itu, tentu sosok Wagub ini adalah orang yang tak mudah memakai jas orang lain dalam arena fashion show, walau hanya pinjaman dan kedodoran. Orang yang mampu menjahit sendiri pakaiannya, humoris dalam tekanan pekerjaan dan hujatan, serta memiliki pergaulan luas walau tak tampak dan hendak ditunjukkan.
Jangan sampai stamina Anies justru habis dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan pada level managerial. Anies punya hak untuk menunjukkan diri lebih dari sekadar (saudagar) intelektual yang sedang bersaing dengan kota-kota lain yang nyaman bagi aktivitas ekonomi.Â