Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Budaya Spiritual Kesultanan Buton

26 Agustus 2019   03:55 Diperbarui: 27 Agustus 2019   08:20 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika melanjutkan perjalanan menuju Kendari, saya sempat ziarah ke makam Syech Abdul Rahman Maligano. Dalam perjalanan tahun-tahun sebelumnya, saya memang sering mengunjungi makam-makam di Sulawesi.

Saya sedang mencari jejak Malin Kundang, seorang saudagar termasyur asal Pariaman yang mampu membuat gentar pedagang-pedagang Turki, Eropa, Arab hingga India di kawasan pantai barat Sumatera hingga Laut Banda. Saya haqul yakin, Malin tak pernah durhaka pada ibunya, apalagi sampai dikutuk menjadi batu. Malin yang diberikan phinisi oleh ayah mertuanya yang orang Bugis/Buton. 

Malin adalah nama untuk mualim atau orang alim. Sosok yang saking menakutkan bagi jalur perdagangan rempah VOC dan sekutu-sekutunya, sampai dimistikan menjadi batu. Saya sungguh heran, berdasarkan dalil aqli atau dalil naqli yang mana sebagai sumber ajaran keimanan, ketika tokoh-tokoh ulama Sumatera Barat ikut-ikutan menggali pasir di batu karang yang dianggap sebagai Kapal Malin Kundang?.

Yang membuat saya sumringah adalah pengetahuan penduduk lokal Sulawesi betapa yang membawa ajaran Islam ke Sualwesi dalam wajah yang bersahabat itu sebagian besar adalah tuanku-tuanku dari Minangkabau. Migrasi spiritual yang bisa jadi terjadi setelah Tuanku Imam Bonjol ditangkap. Din Syamsuddin dan Taufik Rahzen pun menyebut peran dari tuanku-tuanku asal Minangkabau itu dalam penyebaran Islam di Nusa Tenggara Barat.

Banyak yang hendak saya tuliskan. Tapi, biarlah berhenti di sini dulu. Supaya pembaca bisa bernafas.

Jakarta, 26 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun