Ia tahu, ada jutaan lanun datang tiba-tiba, pada malam itu.
Malam pertemuan para malaekat dan 200.000 lebih nyawa.
Malam ketika anak-anak mendekap ibunya, ibu-ibu mendekap anaknya, lalu berdua menyerahkan jiwa-jiwa mereka.
Lalu, jutaan mata meneteskan air-mata.
Bergalon-galon air mata.
Berton-ton tinta mengaliri lembaram-lembaran koran, majalah dan buku.
Milyaran watt mengirimkan pesan-pesan nirkabel.
215 luka hinggap di tubuh pemuda itu.Â
Ia tenggelam, terombang-ambing, pada sela-sela kayu, tumpukan puing.Â
Ia tersayat, teriris, tanpa rintihan.
Ia bangkit, berjalan, memunguti anak-ibu yang berdekapan, pada air hitam itu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!